Lama ga nulis tapi tiap hari isi komentar,tapi ada yang menggelitik sehingga saya ingin mencoba berbagi pengalaman yang ada disekitar saya pribadi. Hal ini dengan ramainya pembicaan kenaikan harga BBM.
Berita akan adanya rencana kenaikan harga BBM semakin hari semakin menghangat dinegeri ini. BBM sepertinya merupakan satu-satunya penentu hidup dinegeri ini, semua orang pasti membicarakannya,ada yang berujar "jika harga BBM naik maka angka kemiskinan di Indonesia akan mengalami kenaikan". sejenak saya berpikir apakah sebelum harga BBM naik angka kemiskinan telah berkurang selama ini,sepertinya tidak juga.
Dalam menyikapi harga-harga kebutuhan yang selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya,tentunya kita telah terbiasa bagaimana menyiasatinya. Pernahkah anda berpikir kenapa harga daging sapi dinegeri ini menjadi salah satu harga daging termahal didunia,yang pada waktunya telah mengalami kenaikan lebih dari 70%, lalu apakah yang anda lakukan dalam menyikapi menggilanya harga daging tersbut. Sepertinya kita lupa bahwa kebutuhan hidup kita sehari-hari adalah makanan & minuman tapi disaat kebutuhan tersebut mengalami kenaikan diluar kewajaran kita tetap menerimanya dengan lapang dada,walau harga BBM tidak mengalami kenaikan.
Lalau apa yang salah dengan harga BBM,pola pikir kita mestinya mulai berubah,semua pasti setuju dengan teori ekonomi "semakin sedikit barang maka semakin mahal barang tersebut". Lalu apa hubungannya dengan Rokok, sekali lagi saya katakan negeri ini memang aneh bisa menjungkirbalikan teori ekonomi tersebut diatas,apakah ada yang merasa kesulitan mencari rokok pada saat rokok dikantong tinggal sebatang. Disudut manapun anda tidak akan pernah kesulitan mendapatkan sebungkus rokok,tapi apakah anda pernah berpikir jika harga rokok menjadi lebih murah dari waktu ke waktu,tidakkan bahkan setiap tahun harga rokok mengalami kenaikan.
Harga sebungkus rokok Rp. 15.000 sama dengan 3 liter BBM @ Rp.4500, coba renungkan apa yang anda dapat dari menghisap sebungkus rokok dengan 3 liter BBM dalam satu hari, satu minggu,satu bulan dan seterusnya. Saya tidak dalam kapasitas melarang orang-orang merokok namun saya mencoba mengajak marilah kita merubah cara pandang & berpikir kita dalam menyikapi atau menyiasati keseharian kita.
Semoga kedepan yang memimpin negeri ini tidak lagi memainkan serta membodohi rakyatnya hanya dengan berputar-putar dengan harga BBM, harga BBM dijadikan alat politik, BBM menjadi alasan untuk menentukan harga-harga komoditas lainya dinegeri ini. Tidak ada lagi istilah subsidi BBM yang setiap waktu selalu membuat goncangan-goncangan ekonomi dinegeri ini. Taukah anda jika seorang milyuner didunia ini kebanyakan orangnya kecil dan pendek,taukah anda kerajaan-kerajaan atau negara-negara yang mengalami kemashuran kebanyakan rajanya kecil dan kurus. Tapi taukah anda kerajaan-kerajaan atau negara-negara yang miskin dan terbelakang raja-rajanya atau pemimpinya gemuk-gemuk dan tambun.
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H