Penulis: Uray Andre Baharudin S. Tr. Pi
Menjelang pemilu serentak 2024 mendatang, ingin rasanya saya menuliskan sedikit isu yang berkaitan dengan fenomena "politik uang". Politik uang, mungkin dari kita pasti sudah sering mendengar istilah "politik uang" dalam konteks politik. Ya, politik uang menjadi bagian yang tak terhindarkan dalam sistem demokrasi kita. Namun, apakah kita pernah berpikir bahwa di balik praktik ini terdapat konsekuensi serius yang dapat mengancam demokrasi itu sendiri???
Saat kita berbicara tentang politik uang, kita tidak bisa menghindari fakta bahwa suara rakyat seringkali dijual dan demokrasi menjadi barang dagangan. Ini adalah sindiran yang kuat terhadap sistem politik kita yang seharusnya memfokuskan pada partisipasi aktif dan kesetaraan suara. Alih-alih menjalankan hal tersebut, justru siapa yang memiliki uang lebih banyak cenderung memiliki kontrol yang lebih besar dalam pemilihan umum.
Pertama-tama, mari kita lihat bagaimana politik uang mengancam partisipasi aktif rakyat dalam proses demokrasi. Ketika suara bisa dengan bebas dibeli, masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan, rakyat biasa seperti kita, seringkali cenderung merasa sikap pesimis dan menganggap bahwa partisipasinya tidak berarti. Mereka berpikir, "Apakah suaraku benar-benar penting jika bisa dengan mudah dibeli oleh calon politik yang memiliki kekayaan atau hubungan yang kuat???"
Bayangkan betapa ironisnya demokrasi jika suara rakyat yang seharusnya memiliki nilai tertinggi, begitu mudah dimanipulasi oleh uang. Inilah yang terjadi ketika politik uang berjalan bebas tanpa hambatan. Suara rakyat seharusnya menjadi pilar utama untuk menghasilkan pemimpin yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi rakyat, bukan ditentukan oleh tebal tipisnya dompet calon politik.
Selain itu, politik uang juga merusak kesetaraan suara dalam demokrasi. Jika salah satu calon memiliki lebih banyak uang untuk mempromosikan kampanye mereka, mereka akan lebih mudah terlihat dan didengar oleh masyarakat. Sedangkan calon lain yang kurang beruntung secara finansial akan kehilangan kesempatan yang sama untuk menyuarakan gagasan mereka dan mempromosikan program mereka kepada pemilih.
Pertanyaannya adalah: apakah kita benar-benar mendapatkan pemimpin yang mewakili kepentingan masyarakat secara keseluruhan jika politik uang tetap berjalan di dalam sistem politik kita??? Apakah calon terbaik yang sesuai dengan aspirasi rakyat benar-benar menang dalam kontes ini, ataukah hanya mereka yang memiliki dompet paling tebal???
Oleh karena itu, penting bagi kita, sebagai warga negara yang peduli, untuk mempertanyakan dan mengkritik praktik politik uang ini. Kita harus mendorong perubahan dalam sistem politik kita yang mencegah jual-beli suara dan melindungi kesetaraan suara dalam pemilihan umum.
Dalam sistem demokrasi yang sehat, suara rakyat tidak bisa dibeli atau dijual. Demokrasi adalah tentang memberdayakan suara rakyat, bukan tentang memberikan kendali hanya kepada mereka yang kaya. Mari bersatu dan mengingatkan kita semua bahwa politik uang tidak sesuai dengan nilai-nilai demokrasi sejati!
Politik uang adalah ancaman serius bagi demokrasi. Suara rakyat harus dihargai dan dipertimbangkan dalam setiap pemilihan. Kita sebagai warga negara harus bersama-sama melawan politik uang dan memperjuangkan demokrasi yang sejati, di mana suara rakyat tidak dapat dibeli atau dijual.