Alih-alih menggunakan bahasa memorandum of cooperation antara Menko Perekonomian Hatta Rajasa dan Menteri Luar Negeri Jepang Seiji Maihara di Nusa Dua Bali, dengan bangganya mengatakan bahwa nilai nya sampai dua triliun yen yang kalo didolarkan -katanya- mencapai dua puluh dolar.
Dan dengan dalih kerjasama dibidang pembangunan pusat industri di bidang transportasiseperti MRT ((mass rapid transit) yang itu hanya akan dibangun di jabodetabek, tapi kalo dilihat-lihat dan diperhatikan ujung-ujungnya NGUTANG juga.
Saya memang bukan ahli ekonomi, tapi serasa ada hal yang kurang pas dengan model-model diplomasi dan -bahasa- kerjasama kalaulah ujung-ujungnya minjem duit ke negara lain. Apakah tidak ada cara yang lebih "tidak membuat malu" untuk bekerjasama dengan negara lain? Toh pada akhirnya rakyat lah sendiri yang harus membayar semua hutang itu dengan nama pajak, masih mending juga kalo pajak itu tidak di makan oleh bandit-bandit koruptor ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H