Dalam adat masyarakat Lewotobi -Flores Timur satu upacara yang selalu dilakukan saat menerima tamu penting untuk sebuah kegiatan adalah penyambuatan secara adat. Satu bagian dari ritus penyambutan adalah pemotongan tali yang ditaruh di atas buah kelapa muda. Proses pemotongan tali sekaligus membelah buah kelapa muda.
Pada tanggal 28 Desember 2013 masyarakat Lewotobi di Kecamatan Ilebura Flores Timur memulai sebuah sejarah yakni pembangun gereja di lokasi hutan adat*. Ritus peletakan batu pertama ini diawali dengan proses penerimaan Bapak Bupati Flores Timur Yosep Lagadoni Herin, S. Sos. Romo Deken , Bernadus Bala Kerans-mewakil Bapak Uskup Larantuka, Ketua DPRD Flores Timur Drs. Marius Payong, Kepala Departemen Agama Katolik yang mewakil kementrian Agama Petrus Pedo Bece S.Ag.**
Pemotongan tali “kalmidi” (tali hutan) yang ditaruh di atas buah kelapa mudah. Buah kelapa mudah diletakan di atas batang pohon pisang. Tali kalmidi adalah tali hutan. Pemilhan tali ini karna daun dari tali ini digunakan oleh masyarakat Lewotobi sebagai obat untuk menyembuhkan sakit panas dalam, penyakit cacar dan beberapa jenis penyakit lainnya. Tanaman ini merupakan lambang kesejukan. Tanaman ini sifatnya menjalar dan melilit di batang pohon. Kelapa muda juga melambangkan kesejukan. Air kelapa mudah merupakan minuman yang menyegarkan. Ia juga symbol kemurnian.
Refleksi dari ritus ini adalah sebuah proses ajakan untuk bersolidaritas dalam kesatuan kerjasama. Kerjasama yang diawali dengan upaya penerimaan dalam semangat kasih dan persaudaraan. Kesejukan dan kedamaian tidak tercipta begitu saja tetapi ia harus diawali dari sebuah proses untuk melepaskan diri, melepaskan keegoan untuk saling menerima dan memberi. Kelapa mudah membiarkan dirinya dibela agar darinya keluar sumber air kesejukan. Tali Kalmidi membiarkan dirinya dipotong agar jalan masuk dialog dapat terbangun dan agar potongan talinya dapat digunakan untuk mengikat potongan-potongan kayu yang akan digunakan sebagai penopang dalam membangun sebuah rumah solidaritas dan persatuan.
*hutan adat akan diulas dalam artikel selanjutnya
** Dana pembangunan Gereja St Fransiskus Xaverius Lewotobi dibantu oleh pihak Kementrian Agama sebesar Rp. 400,000.000. Selain itu juga dari sumbangan Bupati Flores Timur secara pribadi sebanyak 100 sak semen dan dari swadaya umat dan donatur lainya.
[caption id="attachment_313948" align="aligncenter" width="529" caption="Penyerahan Parang Adat ke Bapak Bupati Flores Timur"][/caption] [caption id="attachment_313949" align="aligncenter" width="529" caption="Pemotongan Tali dan Buah Kelapa Muda"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H