Kegagapan Dunia Pendidikan
Kegagapan menterjemahkan warisan budaya karena ruang dalam dunia pendidikan tidak atau kurang didesign sebagai ruang refleksi nilai-nilai luhur budaya. Pendekatan muatan lokal hanya berhenti pada tataran keterampilan dan pengetahuan saja bukan beranjak lebih mendalam sebagaimana Yesus menyuruh para Murid Nya untuk menebarkan jala pada tempat yang lebih dalam.
Proses refleksi nilai-nilai sosial, budaya, relasi kosmos harus menjadi sebuah refleksi yang terus dibangun secara sistimatis lewat dunia pendidikan. Melalaui refleksi yang terus menerus, disharingkan, ditulis, diterjemahkan dalam tindakan-tindakan kecil, anak-anak, generasi penerus gereja, penerima sekaligus pewaris budaya menjadi generasi melek budaya yang sungguh menyadari pentingnya Bumi sebagai Rumah Bersama, di mana martabat wanita sungguh diharagai karena Ia Wanita adalah Gambar Citra Allah Sang Pencipta Langit dan Bumi.
Komunikasi, Jembatan Pesan Nilai
“Generasi Melek Budaya” adalah generasi yang mampu melakukan refleksi warisan budaya, menyajikan dalam sebuah diskursus serta berjuang mengkomunikasikan pesan nilai-nilai tersebut. Warta keselamatan dalam sejarah penyelamatan Umat Manusia, warta nilai-nilai moral dari warisan budaya harus terus dikomunikasikan. Media, model dan metode harus terus dikemas agar setiap generasi, setiap orang merasa terdorong memiliki nilai-nilai tersebut serta berjuang dalam totalitas menterjemahkan nilai-nilai kehidupan tersebut.
Sabtu, 8 Apri 2017
Catatan harian anak Petani
URAN, Fabianus Boli
Pemerhati Budaya, Aktivisi Lingkungan Hidup
Tinggal di Lewotobi, Desa Birawan