Bismillahirrahmanirrahim. Akhir-akhir ini, di home facebook saya beramai-ramai teman saya meng-share gambar berikut ini : “I protest against disrespect of our beloved prophet Mohammad SAW (pleased be upon him). Hit Share if you believe on peaceful protest”, begitu isi tulisan dari gambar di atas yang kira-kira jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia “Saya memprotes terhadap pentidakhormatan Nabi kami tercinta, Muhammad SAW. Tekan share jika kamu percaya terhadap cara protes yang damai”. Tidak seperti berita-berita hoax dalam facebook yang biasanya muncul (contoh seperti pada gambar di bawah ini) :
He has cancer, Facebook will donate 1 dollar for ever SHARE. Hit SHARE button ♥ show your support ..♥ ;'( yang sangat sering saya cemoohi dan saya tertawakan bagi siapapun yang me-like ataupun share foto-foto seperti ini. Jelas saja, berbagai versi muncul dari sumber foto yang sama, unknown child from unknown source, dan bagaimana bisa meng-share foto si bayi ini akan meringankan beban penyakit yang dideritanya? Sungguh kasihan bayi yang ada di gambar ini dan sungguh ini merupakan pembodohan massal, jika kalian mengetahui. But, this is what I love about social media. Betapa berita yang muncul bisa dengan sangat cepat tersebar, all around the world, tanpa memilih mana yang hoax dan mana yang bukan. Berita hoax semacam “klik share untuk menyelamatkan bayi ini” menjadi hiburan bagi saya di tengah-tengah tugas kuliah, sedangkan bagi berita yang benar semacam pentidakhormatan terhadap Nabi Muhammad SAW, menjadi pengetahuan dan informasi bagi saya dan juga mayoritas anak muda. Jujur saja, saya tidak terlalu mengikuti perkembangan pro dan kontra film “The Innocence of Muslims” sebagaimana saya yakin bahwa mayoritas dari penduduk Indonesia sekarang yang protes tentang film ini dan meng-share gambar di atas belum pernah melihat satu detik pun trailer dari film ini, hanya terbawa suasana panas, agar dikira up-to-date terhadap berita yang ada, seolah paham betul terhadap masalah yang ada. Yang saya ketahui, terakhir, protes film ini telah mengakibatkan setidaknya 17 orang tewas, salah satu di antaranya adalah duta besar AS yang tewas saat berlangsungnya rusuh di Konsulat AS di Benghazi, Libya, 11 September 2012 lalu. Tidak bisa dipungkiri, kejadian mendiskreditkan umat muslim pernah juga terjadi secara massal pada 11 tahun yang lalu, saat 11 September 2001, terlepas pro kontra yang ada. Menurut analisis saya, disinilah titik mula terbaginya dunia menjadi dua “kubu” dan terjadinya segala berita simpang siur yang masih ada hingga sekarang, dimana salah satu kubu (masyakarat internasional) jadi memiliki mindset bahwa umat muslim adalah teroris, hingga kubu satunya lagi (mayoritas negara muslim, Indonesia termasuk di dalamnya) yang memikirkan bahwa semua hal buruk adalah konspirasi Amerika Serikat. C’mon, people!
Lihatlah gambar perumpamaan di atas. Jangan salah, saya umat muslim, lulusan madrasah, dan sekarang sedang menuntut ilmu di bangku perkuliahan. Saya mengajak semuanya untuk menggunakan akal sehat yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa. Mari gunakan akal pikiran kita, mari berkaca. Saat masyarakat internasional menuduh semua umat muslim adalah teroris, kita membela diri dengan berkata “Kalian tidak bisa men-judge semua muslim hanya dengan aksi dari sebagian kecil ekstrimis”. Sedangkan saat ada satu orang saja kawan, SATU saja mengancam ingin membakar Al-Qur’an, lihat reaksi mayoritas umat muslim di Indonesia. “Death to America!”. Kematian untuk Amerika, boikot produk Amerika, konspirasi inilah, konspirasi itulah. Wake up! Ini yang saya maksud dengan berkaca, kok kita mau enaknya sendiri? Kita tidak mau dituduh dengan hanya basis pars pro toto (sebuah majas yang digunakan sebagian unsur/objek untuk menunjukkan keseluruhan objek, menggeneralisasi), sedangkan di sisi lain kok kita bisa menuduh orang dengan basis yang sama? Untuk seluruh masyarakat Indonesia, khususnya saudara-saudara saya yang muslim, semuanya, entah yang masih SMP, SMA, madrasah, anak rohis, ataupun bukan anak rohis, saya tidak peduli. Sekali lagi mari saya tekankan : Tidak siapa pun - TIDAK SIAPA PUN – diperkenankan membenci suatu umat/bangsa/negara dengan melakukan generalisasi dari sebagain kecil contoh mereka yang buruk. Bagi non-muslim jangan pernah menganggap semua umat muslim teroris hanya dikarenakan 19 orang teroris pelaku 9/11, dan bagi umat muslim jangan pernah mengutuk keseluruhan negara Amerika Serikat hanya karena seorang Terry Jones, pastor ekstrimis yang mengancam membakar Al-Qur’an , dan seorang Nakoula Basseley, pembuat film The Innocence of Muslims (patut dicatat, meski tercatat beragama Kristen Koptik, dia bukanlah seorang umat Kristen yang saleh, dia sejatinya seorang kriminal). Mari lihat teman-teman kita di Amerika Serikat yang sangat menghargai kita, umat muslim, dan Nabi kita tercinta, Muhammad SAW.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H