Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Wr,Wb.,
Setelah lama tidak menulis, akhirnya di awal bulan Ramadhan ini menjadi pintu hidayah bagi saya untuk kembali melanjutkan salah satu resolusi tahun 2016 saya, menulis satu kali setiap satu minggu, haha. Aktualisasinya hanya berjalan dua minggu. LOL.
Adapun saya berkesempatan menulis karena sekarang sedang di perantauan yang jauh dari keluarga, huft. Sudah 3 minggu nih di Duri, Riau, haha. Hitung-hitung membunuh kebosanan ya. Baiklah, mari dimulai saja.
Setiap anak yang lahir dari rahim ibunya dan diasuh dengan baik oleh ayah ibunya, normalnya pasti menganggap ayah dan ibunya adalah yang terbaik di dunia, bukan begitu? Jangan masukkan kasus-kasus penganiayaan terhadap anak sendiri dan kekerasan dalam rumah tangga, karena orang-orang itu tidaklah normal.
Dapat kita lihat, postingan-postingan di social media di antara teman-teman kita yang sangat mencintai keluarganya, misalnya :
“I love you Mom. You’re the best mom in the world”.
“My father is the best father in the galaxy”.
“Happy birthday my beautiful wife. I am very lucky to marry the prettiest girl on earth”.
“Halooo, anakku yang paling ganteeeng seduniaaa” (sambil posting foto anaknya yang unyu).
Seluruh kalimat yang berisi kata-kata superlative itu menunjukkan bahwa dia menunjukkan yang nomor satu. Contoh: Manchester United is the best team in the world.