Ummu Hisyam dikenal sebagai salah satu sahabiyah yang tekun belajar, taat dan patuh pada ajaran Rasulullah Sholallahu alaihi wassalam. Keteguhan Ummu Hisyam terhadap ajaran Islam tidak lepas dari ayahnya, Haritsah bin Nu'man.
Keluarga Haritsah ini menghibahkan tanah dan rumahnya kepada Rasulullah Sholallahu alaihi wassalam saat hijrah ke Madinah, juga beberapa rumah yang digunakan sebagai tempat berkumpul untuk mencari ilmu.
Begitu dekatkan keluarga Haritsah dengan keluarga Rasulullah Sholallahu alaihi wassalam, hingga Ummu Hisyam menyebutnya, "Tungku kami dan tungku Rasulullah Sholallahu alaihi wassalam menjadi satu selama dua tahun atau satu tahun beberapa bulan."
Sejarah juga mencatat, rumah paling legendaris yang digunakan sebagai majelis ilmu adalah rumah Arqam bin Abi Arqam.
Pada masa awal dakwah Rasulullah Sholallahu alaihi wassalam di Makkah, rumah Arqam yang terpencil dan tersembunyi di bukit Shafa adalah tempat yang sangat ideal bagi para sahabat untuk belajar.
Dari semula hanya satu-dua orang, hingga tercatat sekitar 40 orang yang datang ke rumah Arqam. Yang termuda adalah Ali ibn Abi Thalib yang kala itu baru berumur 10 tahun dan yang tertua adalah Ubaidah bin Harits yang berusia 50 tahun.
Ketika itu tak ada pembesar kafir Quraisy yang mencurigai rumah Arqam sebagai pusat dakwah Islam pertama.
Karena keislaman Arqam tidak banyak yang tahu. Apalagi kalau itu, ia masih berusia 16 tahun dan ia berasal dari Bani Makhzum yang terkenal bermusuhan dengan Bani Hasyim, keluarga Rasulullah Sholallahu alaihi wassalam.
Imam AI-Fudhail ibn lyadh berkata: "Sesungguhnya rumah yang disebutkan di dalamnya nama Allah, Ia akan bersinar pada penghuni langit sebagaimana lampu yang menyinari penghuni rumah yang gelap gulita. Dan sesungguhnya rumah yang tidak disebutkan di dalamnya nama Allah, ia akan menjadi gelap bagi penghuninya."
Dalam kitab Lubbabul Hadist, Imam Suyuthi menuliskan sebuah hadist Rasulullah Sholallahu alaihi wassalam, "Wahai Ibnu Mas'ud, dudukmu sesaat di dalam suatu majelis ilmu, tanpa memegang pena dan tanpa menulis satu huruf (pun) lebih baik bagimu dari pada memerdekakan seribu budak. Pandanganmu kepada wajah seorang yang berilmu lebih baik dari pada seribu kuda yang engkau sedekahkan di jalan Allah. Dan ucapan salammu kepada orang yang berilmu lebih baik bagimu dari pada beribadah seribu tahun."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H