UNGKAPAN BAHASA JAWA DI TAHUN POLITIK
Bahasa Jawa merupakan bahasa yang mengakar kuat di Indonesia. Bahasa Jawa merupakan bahasa yang luhur. Seiring perkembangan zaman, karena kultur yang kuat, Â Bahasa Jawa masih tetap eksis dan tidak tergerus zaman, meskipun yang muncul hanya bahasa ngoko atau bahasa yang umum dipakai di masyarakat.
1.AKU RA POPO
Saya tidak apa-apa. I am fine, saya oke-oke saja. Dipakai untuk seseorang yang sedang menghadapi sesuatu yang boleh dibilang mengecewakan hatinya. Atau seseorang yang sedang disudutkan dengan masalah-masalah yang dapat membuat dirinya ngedrop/down. Namun karena ia sanggup menerima apapun yang menimpa dirinya, maka selalu ada harapan dan kekuatan untuk menerima kenyataan. Contoh: Jokowi yang sering diejek oleh lawan-lawan politiknya.
2.RA ISO POPO
Tidak bisa apa-apa. Tidak bisa berbuat apa-apa. Dipakai untuk seseorang yang tidak bisa berbuat banyak karena keterbatasan kesanggupan atau kemampuan. Contoh: Ungkapan ini dipakai Fadli Zon untuk Jokowi yang ikut bursa capres.
3.AKU KARO SOPO
Saya dengan siapa? Dipakai untuk orang-orang yang sedang mencari teman. Karena orang yang sendirian akan sulit untuk mengembangkan dirinya, atau untuk melakukan sesuatu yang lebih berarti, maka dari itu seseorang perlu mencari teman atau mitra untuk tujuan tertentu. Contoh: Ungkapan ini dipakai PDIP, GOLKAR, dan GERINDRA untuk mencari rekan koalisi.
4.WANI PIRO
Mulai muncul dari iklan rokok. Artinya Berani berapa? Atau berani bayar berapa? Kalimat seperti ini dipakai untuk orang-orang yang merasa memiliki kemampuan atau daya tawar yang tinggi. Akhir-akhir ini ungkapan tsb dipakai oleh partai menengah yang sangat menentukan peta koalisi.
5.PIYE KABARE ISIH ENAK JAMANKU TO?
Bagaimana kabarnya, masih enak zaman saya kan? Atau kemarin saya baca di truk barang PIYE KABARE, MANGAN ORA? Bagaimana kabarnya, bisa makan tidak? Ungkapan ini dipakai oleh partai GOLKAR untuk membanggakan zaman Soeharto. Yang kalau kita pikir sudah tidak relevan untuk zaman sekarang.
Demikian beberapa ungkapan bahasa Jawa yang sering kita dengar dan kita ucapkan secara spontan dalam kehdupan sehari-hari. Ada satu lagi yang masih menggunakan basa Jawa tapi tidak jauh berbeda dengan bahasa Indonesia yaitu NDAK MIKIR (tidak berpikir). Contoh: ungkapan seperti ini sering dipakai Jokowi sebelum secara resmi dicapreskan oleh PDIP, ndak mikir… ndak mikir…(artinya tidak berpikir sejauh itu).
Sugeng Paskah kagem sederek ingkang agami Kristen. Rama ing swarga paring berkah kagem kita sedaya. Amin.
Gambar diambil dari: http://www.jakarta.go.id/web/uploads/files/wayang-kulit24.jpg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H