Mohon tunggu...
Puspita Wasita
Puspita Wasita Mohon Tunggu... -

Alumni Psy U.I -Jakarta Pensiunan PLN Wil 13 Semarang Istri pensiunan PNS Deptan Dirjenkan Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Panggil Kafir

7 Maret 2019   06:05 Diperbarui: 7 Maret 2019   06:16 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dewasa ini masyarakat Indonesia sedang asyik membirakan masalah sebutan kafir untuk non muslim. Waduh...kenapa baru muncul sekarang ya ? Seingat saya mulai dari kecil ketika sekolah SD saya sudah mendengar ibunda selalu menyebutkan kafir bila saya lupa sholat. Jadi merasa ceyem kalo tidak sholat karena akan dapat predikat kafir. 

Tapi semua itu terasa biasa biasa saja , karena itu sebutan antar kami saja , tidak pernah keluar untuk menyebut kafir, karena itu terasa tidak etis. Walau belum ada yang  melarang baik dari organisasi Islam atau dari MUI tapi secara etika kami merasa itu tidak baik diucapkan keluar kepada non muslim tentunya. 

Dan kami berjalan bersahabat walau ada perbedaan agama. saling menghormati kepercayaan masing2 , tidak bisa saling menyalahkan terhadap apa2 yang kita yaqini. Keperrcayaan itu sifatnya Domain. Urusan kita dengan Tuhan jangan ngurusi kepercayaan orang lain , karena ibadah kita juga belum tentu diterima oleh Tuhan kita ,bukan ?

Begitu dulu prinsipnya , kita tidak saling mengganggu. Beda dengan sekarang, terutama saat ini , ujug2 kata kata kafir muncul, tentu saja sangat menyakitkan pihak yg lain yang non muslim. Kenapa harus kita ucapkan keluar dari mulut ? kenapa tidak cukup dalam hati saja bila ingin mengucapkan itu. Itu pendapatku. Tapi semua itu sepertinya dipolitisir ya ? Saya tidak ngerti politik tapi saya ngerti etika.

Menurut saya artinya kafir itu non muslim adalah sudah baku , tidak bisa kita rubah lagi , tapi tidak baik bila kita sebutkan, tuduhkan keluar dari mulut kita untuk orang lain. Itu tidak etis rasanya. Cukuplah didalam hati. Karena membuat orang lain tersinggung juga tidak baik. Mengurangi pahala kita yang sudah kita kumpulkan susah2. Itu menurut saya , silahkan tidak setuju , silahkan . Kan semua boleh berpendapat.

Saya cinta damai . Saya cinta kebersamaan. Jangan soal kecil dijadikan permusuhan.  Boleh saja larangan menyebut kafir pada pihak lain. Boleh saja. Sangat setuju. Jangan menyumpahi.Cukup dalam hati saja menyebutnya.  Itu menurut saya. Sekian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun