Mohon tunggu...
Upita seftian wardany
Upita seftian wardany Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa UNIKAMA

UPITA SEFTIAN WARDANY_MAHASISWA UNIKAMA_210402080002_PBSI 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ringkasan Teori Kesusastraan (Renne wellek dan Austin warren)

11 April 2022   14:52 Diperbarui: 11 April 2022   15:55 1456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

          Sikap otoriter aliran klasik memiliki pandangan tersendiri  tentang jenis-jenis sastra menyebabkan  tidak secara adil dalam memperhitungkan fakta perkembangan dan sejarah sastra. Jenis sastra bukan sekadar nama, karena konvensi sastra yang berlaku pada suatu karya membentuk ciri karya tersebut. Jenis sastra dapat dianggap sebagai suatu perintah kelembagaan yang memaksa pengarangnya sendiri.

Jenis sastra adalah suatu "lembaga" seperti sebuah institusi Orang dapat bekerja, mengekspresikan diri, melalui institusi, dan orang juga dapat menciptakan institusi-institusi baru. Orang dapat bertindak sejauh mungkin tanpa mengikuti kebijaksanaan atau ritual institusi tertentu, atau orang dapat masuk dalam suatu institusi lalu mengubah institusi tersebut.

         Teori Kesusastraan Teori genre adalah suatu prinsip keteraturan: sastra dan seiarah sastra diklasifikasikan tidak berdasarkan waktu atau tempe (periode atau pembagian sastra nasional), tetapi berdasarkan tipe struktur atau susunan sastra tertentu

.Apakah genre bersifat tetap? Mungkin tidak. Dengan penambahan beberapa karya baru, kategori bergeser. Bagi kita, jelas epik oral dan epik sastra berbeda, di mana pun kita memasukkan Iliad dalam kedua jenis sastra tersebut. 

Ada satu contoh Ketika Milton menulis Paradise Lost, ia mengira bahwa ia sedang menulis suatu karya yang sejenis dengan lliad dan Aenid. 

Milton pasti tidak beranggapan bahwa Faerie Queene adalah sebuah epik, meskipun pada waktu Spenser menuliskannya, epik dan romansa tidak dibedakan-dan Spenser tentunya mengira ia sedang menuis karya yang sejenis dengan karya-karya Homer.

         Memang salah satu ciri penulisan kritik adalah penemuan, dan nenyebaran suatu pengelompokan baru, suatu pola generik baru. Kebanyakan teori modern cenderung menge- sampingkan perbedaan prosa-puisi, lalu membagi sastra-rekaan (Dichtung) menjadi fiksi (novel, cerpen, epik), drama (drama dalam prosa maupun puisi), dan puisi (puisi dalam arti yang sama dengan konsep klasik tentang "puisi-lirik").

Memang sebaiknya untuk beberapa kategori kita tidak memakai istilah genre, karena penerapan- nya lebih sulit dan sering kali tidak perlu." Tetapi istilah genre perlu diterapkan untuk pembagian jenis secara historis menjadi tragedi dan komedi. 

Plato dan Aristoteles telah membagi ketiga kategori modern di atas menurut "cara menirukan" (atau mewujudkan): puisi lirik adalah persona penyair sendiri, dalam puisi epik (atau novel) pengarang berbicara sebagai dirinya sendiri, sebagai narator, dan membuat para tokohnya berbicara dalam wacana langsung (naratif campuran), sedangkan dalam drama, pengarang menghilang di balik tokoh-tokohnya. 

Ada beberapa penelitian yang berusaha mencari sifat-sifat dasar ketiga jenis ini dengan cara membuat perbedaan dimensi waktu dan morfologi linguistik.

          Salah satu kecanggungan teori semacam itu adalah kenyataan bahwa dalam zaman kita sekarang, drama mempunyai dasar yang berbeda dari epik ("fiksi", "novel") dan lirik. Abad ke-17 dan ke-18 adalah abad yang menganggap genre yakni misteri, moral, tragedi, dan komedi". Pada abad ke-18, prosa tentang drama Inggris yang dibaginya dalam "beberapa spesies, lebih kecil. Seorang kritikus abad ke-18, Thomas Hankins, menulis yang sebaiknya disebut sebagai "genre". Sebagai sesuatu yang serius. 

Bagi para kritikus abad itu, Genre benar-benar nyata." Dalam doktrin Neo-Klasik, genre-genre mempunyai perbedaan yang jelas dan harus selalu dibedakan. Tetapi kalau kita mencari definisi tentang genre dan metode penentuan perbedaan genre pada kritik-kritik Neo- Klasik, kita tidak menemu- kan suatu pembahasan yang konsisten. Bahkan kesadaran akan perlunya membuat dasar rasional untuk pembagian genre pun tidak kita jumpai.

          Kita mungkin cenderung untuk tidak melanjutkan sejarah genre setelah abad ke-18, karena setelah abad ke-18, orang tidak meng- harapkan lagi bahwa puisi dibuat dengan struktur pola yang ber- Ulang. 

Sikap seperti ini terlihat pada tulisan-tulisan dalam bahasa Prancis dan Jerman tentang genre, yang didukung oleh pandangan bahwa periode 1840-1940 adalah periode yang penuh anomali, dan mungkin di masa yang akan datang kita akan kembali ke sastra yang lebih setia pada pembagian genre. Tapi sebetulnya lebih tepat dikatakan bahwa ada pergeseran.

          Secara umum, konsepsi kita terhadap genre harus bertolak dari sisi formalistis. Kita sebaiknya membuat genre berdasarkan jumlah suku kata atau bentuk daripada berdasarkan isi. Kita harus berpikir tentang jenis-jenis sastra, bukan klasifikasi isi yang juga bisa diterapkan pada karya nonfiksi.

 Siapa pun yang tertarik pada teori genre harus berhati-hati agar tidak mencampurkan ciri-ciri perbedaan teori "klasik" dengan teori modern.

 Teori klasik bersifat mengatur dan memberikan pola, mes- kipun "aturan-aturan" yang diberikan tidak bersifat memaksakan. Teori klasik tidak hanya percaya bahwa genre yang satu berbeda dari genre lainnya (dalam sifat dan kehebatannya), tetapi bahwa tiap genre itu harus dipisahkan satu sama lain dan tidak boleh dicampurkan. 

Inilah doktrin yang terkenal dengan sebutan "kemurnian genre".

Sedangkan Teori genre modern, jelas bersifat deskriptif. Teori itu tidak membatasi jumlah kemungkinan jenis sastra yang ada dan tidak menganggap bahwa jenis-jenis tradisional dapat "digabungkan" dan menghasilkan jenis baru. Teori ini melihat mencari persamaan umum dari setiap jenis sastra.

 Teori modern tidak menekankan perbe teknik-teknik sastra serta tujuan sastra.

         Masalah genre jelas merupakan masalah inti sejarah sastra dan sejarah kritik sastra, serta kaitan antara keduanya. Masalah genre meletakkan masalah filosofis yang menyangkut kaitan antara kelas dan individu pengarang, serta kaitan antara satu orang dan banyak orang, dalam konteks sastra yang khusus. 

Masalah genre adalah masalah yang menyangkut sifat dari bentuk-bentuk sastra yang universal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun