Namanya Mbah Emah. Hari ini (16/2) adalah kali keduanya kami dari komunitas "Ahad Berbagi" bersilaturahmi dengan beliau yang usianya hampir menginjak 1 abad ini. Beberapa minggu yang lalu, kami berkunjung kerumahnya membawakan beberapa kebutuhan pokok untuk membantu meringankan beban hidup beliau. Mbah Emah tinggal seorang diri. Beliau pernah menikah, namun tidak dikarunia anak satupun sehingga kini beliau harus menghabiskan masa senjanya sebatang kara. Tak seperti nenek-nenek lain pada umumnya diusianya yang berkisar 95 tahun ini, mbah Emah masih terlihat sehat dan lincah. Beliau bisa berjalan dengan cepat tanpa bantuan tongkat, melihat dengan jelas tanpa kacamata, juga masih bisa berbicara, tertawa dan berkomunikasi dengan baik, hanya saja pendengaranya sudah agak menurun. Untuk kesehariannya, Mbah Emah dinafkahi oleh tetengga-tetangga sekitar rumahnya. Masih dirumahnya yang sama seperti sebelumnya. Sebuah rumah petak berukuran 3m x 3m, dengan dinding yang terbuat dari anyaman bambu dan berlantaikan tanah yang sudah mengering dan retak-retak. Atapnya terbuat dari seng yang masih terlihat rapi tanpa adanya lubang-lubang yang dapat menyusupkan air hujan masuk kedalam rumah. Sisa-sisa abu vulkanik akibat dari erupsi Gunung Kelud beberapa hari yang lalu masih terlihat menempel pekat di dedaunan dan pohon-pohon yang tumbuh subur disekeliling rumahnya. Sedangkan di bagian dalam rumahnya, hanya terlihat sebuah meja kecil tanpa kursi, sebuah lemari tanpa pintu berisikan pakaian-pakaian yang sudah mulai terlihat lusuh, sebuah tungku dan tumpukan kayu bakar serta beberapa peralatan memasak yang sudah hampir tidak pernah digunakan lagi. Dan sebuah tempat tidur atau dipan kayu dengan kasur lepek diatasnya. Kasur lepek itulah yang ingin kami ganti dengan kasur baru yang lebih empuk, besar dan rapi. Lengkap dengan bantal, guling serta sprei yang cantik. Tak mahal harganya, tapi semoga bisa membuat Mbah Emah tidur lebih nyaman. Kami bawakan pula peralatan sholat, peralatan mandi serta kebutuhan pokok lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H