Mohon tunggu...
Untung Wahyudi
Untung Wahyudi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas di Beberapa Media Cetak dan Online

Penulis lepas di sejumlah media cetak dan online

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Keliling Taiwan dengan Biaya Murah Meriah

6 Mei 2014   04:59 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:49 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul buku: Rp3 Juta Keliling Taiwan

Penulis: Claudia Kaunang

Penerbit: B-first

Cetakan: II, 2012

Tebal: x + 226 halaman

Peresensi: Untung Wahyudi

Ada banyak pertimbangan yang biasanya terbetik dalam pikiran calon traveler sebelum memutuskan untuk melancong ke berbagai negara di dunia. Selain masalah budget yang memang harus dipersiapkan, masalah makanan halal di lokasi tujuan juga menjadi pertimbangan. Tentu kita tidak mau jika acara jalan-jalan kita terganggu oleh hal remeh-temeh seperti itu.

Nah, untuk kebutuhan para calon traveler itu, Claudia Kaunang yang dikenal sebagai travel writer kembali menghadirkan buku panduan perjalanan Rp3 Juta Keliling Taiwan. Dalam buku keenamnya ini, penulis akan mengajak pembaca menikmati pesona negara Taiwan yang dikenal dengan jantung hati Asia (The Heart of Asia).

Pada bagian pertama buku ini penulis akan mengajak pembaca menikmati beberapa event festival yang lazim diselenggarakan dalam kurun waktu setahun. Misal, pada Januari-Februari, bersamaan dengan perayaan Imlek, hampir di seluruh kota besar di Taiwan menyelenggarakan festival lampion/lentera. Acara ini berdasar sistem kalender China, tetapi lazimnya antara akhir Januari hingga pertengahan Februari. Festival lampion yang paling terkenal adalah Pingxi International Sky Lantern Festival, di mana pengunjung mempunyai kesempatan untuk menerbangkan lampion miliknya (halaman 9).

Sementara itu, pada Maret-April diselenggarakan festival Song Jiang Jhen Battle Array di Kaohsiung. Turnamen yang berlangsung selama seminggu pada awal Maret itu, menyajikan berbagai pertunjukan kungfu, martial-arts, dan macam-macam olahraga bela diri kuno khas Taiwan. Festival ini sangat menarik, terutama bagi penyuka ilmu bela diri.

Masih ada banyak festival yang diselenggarakan pada bulan-bulan berikutnya. Seperti Mei-Juni ada perhelatan Dragon Boat Festival atau perlombaan balap perahu naga. Lomba ini tidak hanya diikuti oleh masyarakat Taiwan, tetapi juga dari negara-negara lain. Juli-Agustus ada festival Aboriginal Festival dan Ho Hai Yan Festival. Festival ini dilaksanakan karena sekitar 90% dari warga Taiwan memiliki nenek moyang suku Aborigin (halaman 12).

Mengunjungi Taiwan rasanya belum sempurna jika tidak mengunjungi tempat-tempat yang termasuk kategori “The 10 Best of Taiwan”. Jika waktu pengunjung terbatas, maka tinggal memilih mana yang harus dilihat dan yang dapat ditunda untuk kunjungan berikutnya ke Taiwan. The 10 Best of Taiwan itu di antaranya adalah kunjungan ke Taipei, ibu kota Negara Taiwan. Juga, Kaohsiung yang merupakan kota kedua sekaligus kota pelabuhan terbesar di Taiwan. Keindahan Kaohsiung bukan semata karena pesona Love River—sungai cinta yang membelah kota tersebut, tapi lebih pada suasana dan cuaca yang hangat dan nyaman untuk eksplorasi secara maksimal (halaman 15).

Di Taipei sendiri ada beberapa tempat yang sangat sayang untuk dilewatkan. Ada Taipei Zoo, kebun binatang terbesar di Asia. Dengan luas sekitar 90 hektare, perlu setidaknya tiga jam untuk mengililingi semua ekshibit di kebun binatang Taipei. Jagoan di kebun binatang ini adalah panda dan penguin. Di kota ini pengunjung juga bisa naik ke Taipei 101, gedung tertinggi kedua di dunia, yang pernah menjadi gedung tertinggi di dunia dalam kurun waktu 2004-2010, sebelum adanya Burj Khalifa di Dubai. Tinggi Taipei 101 adalah 449,2 m dengan jumlah lantai 101 dan 5 basement (halaman 17-18).

Dalam buku panduan setebal 226 ini penulis tidak hanya mengajak pembaca menikmati keindahan Taiwan dengan beberapa lokasi yang menakjubkan, tapi juga diajak menikmati beberapa tempat kuliner untuk mengisi kekosongan perut setelah lelah berjalan-jalan. Tentu saja makanan-makanan halal yang biasanya dicari oleh pelancong sebelum memutuskan untuk mengisi perut yang kosong.

Buku ini juga dilengkapi rute transportasi, info penginapan, dan belanja hemat untuk kebutuhan buah tangan setelah para pelancong kembali ke negara masing-masing.

Sebagai bahan acuan, penulis juga mendaftar jadwal dan memerinci biaya perjalanan selama traveling ke Taiwan. Harga, menurut penulis, tidak menjadi patokan dan mungkin berubah dari pihak Taiwan atau karena kenaikan kurs mata uang Rupiah terhadap New Taiwan Dollar. Jika kita memodifikasi jadwal perjalanan, menambah atau mengurangi jumlah hari selama di Taiwan, harga pun akan menyesuaikan. Sejak hari pertama keberangkatan dari Jakarta-Kuala Lumpur-Taipei hingga hari kedelapan di Kaohsiung-Bandara Taoyuan-Singapura, total biaya yang dikeluarkan Claudia Kaunang sebanyak NT$9.853 atau sekitar Rp2.955.900,- (Dua Juta Sembilan Ratus Lima Puluh Lima Ribu Sembilan Ratus Rupiah).

Masalah komunikasi, penulis juga menyarankan untuk tidak menganggap sebagai hambatan atau penghalang untuk melakukan perjalanan ke suatu tempat. Apalagi di Taiwan yang dikenal sebagai Republik of China (ROC), memang memiliki bahasa nasional Mandarin. Di Taiwan banyak informasi dan panduan arah dalam bahasa Inggris. Jadi, tidak perlu merasa khawatir atau takut tersesat saat melakukan perjalanan di negara ini karena petunjuk dalam bahasa Inggris cukup lengkap, kantor turis ada di mana-mana, dan orang-orang Taiwan selalu siap membantu—tentunya dengan keterbatan mereka berbahasa. [*]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun