Mohon tunggu...
Untung Wahyudi
Untung Wahyudi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas di Beberapa Media Cetak dan Online

Penulis lepas di sejumlah media cetak dan online

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Jalan Sunyi Seorang Pengarang

5 Maret 2015   15:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:08 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1425518776855821057

Judul               : Javier

Penulis             : Jessica Huwae

Penerbit           : Bentang Pustaka, Yogyakarta

Cetakan           : Pertama, November 2014

Tebal               : viii + 264 Halaman

Setiap penulis kemungkinan besar pernah menemui jalan buntu dalam proses kreatifnya. Apalagi, jika deadline sudah mengadang dan meneror tak ubahnya hantu yang terus membuntuti. Karena menulis memang pekerjaan yang tidak mudah. Dibutuhkan kematangan berpikir dan berimajinasi sebelum menumpahkannya dalam bentuk tulisan.

Untuk mengatasi writer block--yang hampir pernah dialami semua penulis-- biasanya seseorang membutuhkan waktu dan tempat khusus untuk bisa berkonsentrasi. Meskipun, beberapa penulis juga ada yang bisa menulis di mana saja. Bahkan, di tengah keramaian sekalipun.

Bagaimana mengatasi kebuntuan dalam menulis, serta menghadapi deadline dengan bijak inilah yang dikisahkan Jessica Huwae dalam novel berjudul Javier. Novel ini bercerita tentang seorang tokoh bernama Javier yang memilih menulis sebagai pekerjaan pokoknya. Javier adalah penulis novel terkenal, karyanya laris manis di pasaran. Bahkan, beberapa karyanya mendapatkan penghargaan sastra sastra bergengsi. Sebuah pencapaian yang sulit diraih bagi penulis yang tidak bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya (halaman 6).

Namun, suatu hari Javier merasakan buntu yang luar biasa. Itu terjadi justru di saat Rosi, editornya, menagih naskah yang diberi tenggat waktu sebulan. Sebulan bukanlah waktu yang lama. Sementara, satu bab pun belum Javier tulis untuk calon novelnya, sementara uang muka calon novelnya sudah dia terima dan dipakai untuk kebutuhan sehari-hari.

Sejak ditinggal Duma, istrinya yang memilih hidup bersama laki-laki lain, Javier merasa siklus hidupnya “tidak normal”. Dia tidak bisa berbuat apa-apa ketika Duma menyatakan ingin berpisah karena tidak tahan bersuamikan seorang pengarang yang penghasilannya tidak jelas. Sementara, Duma setiap hari bekerja keras sebagai seorang fotografer profesional. Awalnya Duma memaklumi pekerjaan Javier sebagai pengarang. Bahkan, Duma lah yang menjadi pembaca pertama naskah yang diselesaikan Javier. Namun, Duma merasakan hubungan rumahtangganya semakin tidak wajar. Jarak di antara mereka semakin tidak jelas. Duma sibuk bekerja di luar rumah, sementara Javier “hanya” melamun di depan komputer.

Setelah mendapat dorongan serta motivasi, terutama dari Saosan, rekan sesama pengarang, Javier akhirnya mulai bersemangat untuk menyelesaikan naskah novelnya sebelum deadline berakhir. Dia tidak mau mengecewakan editor dan para pembaca yang sudah menunggu kapan dia akan menerbitkan karya terbaru. Javier memilih menyepi ke Puncak untuk berkonsentrasi dan menyelesaikan kredit naskahnya (halaman 31).

Di Puncak, Javier tinggal di sebuah vila milik seorang tentara yang tidak ditempati, dan selama ini memang disewakan. Vila itu dirawat oleh laki-laki setengah baya bernama Pak Tohir. Javier merasa cocok dengan rumah itu. Kamar serta jendela vila itu sesuai dengan seleranya. Vila itu juga dilengkapi perpustakaan keluarga yang memiliki koleksi buku yang lumayan banyak. Dari karya pengarang Indonesia, hingga karya para sastrawan dunia.

Di antara jejeran buku itulah Javier menemukan “harta karun” yang kelak menjadi sumber cerita dalam novel yang hendak digarapnya. Javier merasa, keputusannya menyepi adalah keputusan yang tepat. Meskipun, kadang kala rasa jenuh kembali menghampiri. Atas saran Pak Tohir, akhirnya Javier me-refresh pikirannya dengan berjalan-jalan di sekitar vila. Menurut Pak Tohir, dia hanya terlalu lelah. Pikirannya terlalu divorsir sehingga mengabaikan hak-hak tubuh dan pikirannya yang juga butuh istirahat dan ketenangan (halaman halaman 90).

Novel ini tidak hanya menceritakan tentang bagaimana seorang pengarang yang mengalami kebuntuan dalam pekerjaan, tetapi juga berisi tentang perjuangan bagaimana seharusnya menghadapi hidup dan memperjuangkan cinta. Bagaimana harus move on dari masalah yang menimpa. Sebagai pengarang, Javier juga mengalami hal-hal pahit dalam hidupnya. Kisah cintanya tidak berjalan mulus dan tidak seromantis kisah-kisah yang selama ini ditulisnya.

Kesabaran, ketegaran, serta perjuangan menghadapi kenyataan hidup inilah yang coba dirajut Jessica dalam novelnya ini. Jessica sangat pandai menempatkan tokoh Javier sebagai seorang yang mengalami kegamangan dalam hidup, meskipun dia seorang laki-laki. Diksi dan gaya bercerita yang enak, membuat pembaca betah membaca novel ini sampai selesai.

Novel setebal 264 halaman ini tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat dengan pelajaran bagaimana seharusnya seorang pengarang bersikap. Bahwa memilih jalan hidup sebagai seorang pengarang bukanlah keputusan yang salah. Karena, banyak pengarang sukses dengan karya-karyanya. Mereka tidak bisa dipandang rendah sebagai seseorang yang hanya bisa menghayal dan mengarang cerita. Karena dengan menulis mereka mampu mendokumentasikan kisah-kisah yang selama ini tersimpan, sehingga menjadi pelajaran berharga bagi para pembaca. (*)

*) Resensi ini juga tayang di: http://www.wisata-buku.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2507&Itemid=2654

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun