Mohon tunggu...
Untung Wahyudi
Untung Wahyudi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas di Beberapa Media Cetak dan Online

Penulis lepas di sejumlah media cetak dan online

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Memilih Pemimpin Adil dan Bijaksana

5 Mei 2014   19:47 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:50 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul: The Great of Two Umars

Penulis: Fuad Abdurrahman

Penerbit: Zaman, Jakarta

Cetakan: Pertama, 2013

Tebal: 346 Halaman

ISBN: 978-602-17919-0-5

Peresensi: Untung Wahyudi

Hiruk pikuk pemilu legislatif baru saja selesai. Pesta demokrasi yang digelar lima tahun sekali dalam rangka memilih calon pemimpin yang akan duduk di kursi dewan itu telah berakhir. Kendatipun perhelatan akbar itu diharapkan berjalan lancar dan aman, namun tetap saja di beberapa daerah masih terjadi beberapa pelanggaran.

Yang sangat mengenaskan, para caleg yang tidak mengantongi suara sesuai yang diharapkan mengalami depresi sehingga harus dirujuk ke rumah sakit untuk diperiksa, baik fisik maupun psikis. Bahkan, seperti dilansir media cetak dan online, di Jawa Barat ada caleg yang bunuh diri setelah mengetahui dirinya kalah telak dalam pemilu 9 April kemarin.

Demi kemajuan bangsa Indonesia lima tahun ke depan, sudah sepantasnya rakyat Indonesia untuk memilih calon pemimpin yang berintegritas tinggi dan benar-benar siap memimpin bangsa ini. Terutama pada pemilihan presiden (Pilpres) yang sudah semakin dekat.

Melalui buku The Great of Two Umars, Fuad Abdurrahman coba mengajak pembaca mengenal sosok pemimpin dua Khalifah yang sangat terkenal dan legendaris pada zamannya. Dua pemimpin tersebut adalah Umar ibn al-Khathab dan Umar ibn Abdul Aziz, sosok pemimpin yang patut menjadi teladan bagi rakyatnya. Pemimpin yang benar-benar mau mengayomi dan membawa perubahan bagi perkembangan dan kemajuan negaranya.

Umar ibn al-Khathab dikenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana. Ia tak pernah pandang bulu demi menegakkan sebuah keadilan. Bahkan, kepada rakyat kecil pun bersikap adil. Suatu hari Khalifah Umar kedatangan tamu seorang laki-laki Yahudi. Orang itu datang menghadap sang Khalifah dan melaporkan bahwa Gubernur Mesir, Amr ibn al-‘Ash telah membongkar gubuk reot yang selama ini jadi tempat berteduhnya. Gubuk reot itu dibongkar demi pembangunan sebuah masjid. Khalifah Umar sangat marah mendengar cerita laki-laki Yahudi itu. Kemudian Khalifah Umar mengirim pesan yang ditulis pada sebuah tulang dan diserahkan kepada laki-laki Yahudi. Orang Yahudi itu terkejut. Dia datang untuk meminta keadilan, tetapi oleh Khalifah hanya diberi tulang tak berharga yang disuruh diberikan kepada Gubernur Amr ibn al-‘Ash.

Orang Yahudi itu akhirnya pergi menemui Amr dan menyerahkan sebuah tulang dari Khalifah Umar. Begitu melihat tulang tersebut, tubuh Amr gemetaran dan Nampak ketakutan. Tanpa banyak bicara, ia memerintahkan untuk kembali membangun gubuk milik laki-laki Yahudi. Pada tulang itu Khalifah Umar menulis pesan bahwa sebesar dan setinggi apa pun pangkat seseorang tidaklah diperkenankan untuk berbuat semena-mena kepada orang miskin. Mendengar cerita Amr, akhirnya orang Yahudi itu menyatakan diri masuk Islam karena terharu dengan keadilan yang diberikan oleh Khalifah Umar (halaman 69).

Pada masa kepemimpinannya, Khalifah Umar memang benar-benar menjadi teladan dan terkenal dengan sikapnya yang tegas. Ia pernah menerima sebuah hadiah dari seseorang yang terkena sebuah kasus. Orang itu ingin kasus itu dipermudah dan segera diselesaikan. Tapi, Umar menolak pemberian itu. Karenapemberian itu, menurut Umar, termasuk kategori suap. “Hendaklah kalian berhati-hati, jangan sampai kalian menerima hadiah-hadiah, sebab semua bentuk hadiah pada hakikatnya adalah suap.” (halaman 129).

Sementara itu, Umar ibn Abdul Aziz dikenal sebagai sosok pemimpin pembaharu. Meskipun masa kepemimpinan Umar ibn Abdul Aziz sangat singkat, yaitu dua tahun, lima bulan, dan empat hari, ia berhasil menghidupkan kejayaan Islam sebagaimana masa pendahulunya. Ia membuat prestasi dan kebijakan yang menguntungkan rakyat. Ia mengembalikan fungsi Baitul Mal, memperbaiki birokrasi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, menghapus pajak-pajak tambahan dan retribusi, serta menghormati dan memuliakan para keturanan Nabi.

Umar ibn Abdul Aziz juga sosok pemimpin yang patut menjadi contoh. Beberapa contoh yang patut diteladani dari sosok Umar ibn Abdul Aziz antara lain adalah ketegasannya memecat gubernur ataupemimpin yang zalim dan enggan melaksanakan tugasnya. Ia juga pernah menolak permintaan kenaikan tunjangan para Amir atau Gubernur. Umar merasa bahwa rakyat lebih membutuhkan bantuan daripada menaikkan gaji para pejabat waktu itu (halaman 274).

Dua sosok pemimpin dalam buku 346 halaman ini benar-benar bisa menjadi teladan yang baik bagi para pemimpin masa sekarang. Pemimpin yang pro-rakyat dan tidak sekadar memikirkan kepentingan pribadi dan kroni-kroninya. Lewat kisah-kisah teladan dalam buku ini, Fuad Abdurrahman mengajak pembaca untuk berhati-hati memilih pemimpin. Pemimpin yang cerdas, adil dan tegas dalam melaksakan tugas adalah pemimpin yang harus dipilih demi kemajuan negara Indonesia. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun