Setelah menjalani liburan yang menyenangkan dan menjauh dari rutinitas pekerjaan harusnya kita memperoleh tambahan energi dan lebih bersemangat dalam bekerja. Akan tetapi bagaimana apabila yang terjadi adalah sebaliknya?
Hati -- hati, jangan jangan anda sedang mengalami post holiday atau vacation blues.
Menurut Healthline, kondisi ini sering dialami oleh para pekerja di Amerika Serikat pasca libur musim dingin, dan di Indonesia potensial terjadi pasca libur panjang setelah Lebaran dan Tahun Baru.
Sindrom yang terjadi setelah liburan sering disebut sebagai post holiday atau vacation blues, adalah munculnya perasaan negatif yang terjadi setelah menjalani liburan yang mengasikkan. Gangguan yang muncul seringkali berbeda antara orang yang satu dengan lainnya, akan tetapi umumnya berupa gejala kecemasan dan emosional.
Marilah kita cermati tanda-tandanya dan atur strategi untuk mengantisipasinya.
Liburan harusnya menjadi momen yang menyenangkan dan memberikan energi baru setelah libur usai. Namun tidak jarang justru menimbulkan perasaan galau sesudahnya.
Inilah yang disebut post holiday atau vacation blues, apa saja gejalanya?
- Perasaan galau dan gangguan kecemasan ketika kembali ke rutinitas;
- Mudah lelah dan berkurangnya energi;
- Insomnia atau susah tidur;
- Sulit berkonsentrasi mood terasa turun;
- Sensitif mudah marah;
- Kekhawatiran finansial;
- Perasaan hampa dan sedih yang berkelanjutan;
- Nostalgia yang intens, terbawa ke suasana liburan, merasa sedih berpisah dengan keluarga, sahabat dan teman setelah berkumpul selama liburan;
- Kehilangan selera makan;
Umumnya post holiday atau vacion blues berlangsung sekitar 2 sampai dengan 3 minggu.
Apakah kira -- kira yang menjadi  penyebabnya ?
- Kekacauan finansial, yang dimulai dari menyewa hotel, traktir teman dan keluarga, membeli kado lebaran atau membagi amplop lebaran pada keluarga, berbagai kegiatan liburan lainnya yang menguras kantong;
- Perasaan kehilangan yang dirasakan setelah selama liburan menikmati berkumpul dengan keluarga, sahabat dan teman -- teman yang disayangi;
- Pola makan yang tidak sehat setelah liburan, karena keinginan untuk menikmati aneka wisata kuliner yang tidak biasa ditemui;
- Perubahan suasana membuat, ritme harian yang kacau selama liburan;
Intinya kondisi ini disebabkan karena masa transisi dari situasi yang diluar kebiasaan lalu kembali kerutinitas
Bagaimana cara mengantiipasinya?
Sebelum liburan:
- Rencanakan pengeluaran keuangan selama  liburan sedetail mungkin termasuk cadangkan anggaran dimasa transisi;
- Selesaikan urusan dikantor, dikebun ataupun dirumah, Â atau delegasikan pekerjaan atau urusan rutin kepada seseorang yang dianggap mampu;
- Kondisikan rumah atau tempat kerja serapi dan senyaman mungkin sehingga saat pulang tidak disibukkan berbenah;
- Siapkan barang yang akan dibawa liburan jauh-jauh hari sebelumnya;
Setelah liburan:
- Berikan ruang dan waktu masa transisi sebelum kembali ke rutinitas, upayakan cuti libur disisakan untuk masa transisi ini sehingga sempat membenahi beberapa hal penting sebelum kembali kerutinitas;
- Terhubung dengan orang-orang  atau teman yang suportif;
- Perbaiki gizi dan ritme harian yang sempat kacau selama liburan;
- Diupayakan untuk bisa tidur cukup
- Lakukan hobi yang menyenangkan selama masa transisi, seperti membaca, menulis, berkebun dan olah raga;
- Berkesadaran menikmati momen disini dan sekarang, jangan terobsesi dengan hari kemarin dan masa yang akan datang;
Keluar dari rutinitas memang menyenangkan namun bukan berarti kita harus kehilangan momen kegembiraan saat kembali menjalani rutinitas.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H