Mohon tunggu...
Untung Dwiharjo
Untung Dwiharjo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tinggal di Surabaya

Lulusan Jurusan Sosiologi Fisip Unair. Pernah bekerja sebagai wartawan dan peneliti pada lembaga Nirlaba nasional yang berbasis di Surabaya. Pernah meraih juara pada lomab LKTI dan beberapa kali tulisannya mampir di bebrapa media seperti Jawa Pos, Surya, harian Bhirawa dan detik.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mirip Artis, sebagai Modal Sosial

10 Desember 2021   08:26 Diperbarui: 10 Desember 2021   08:36 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apalagi sekarang orang yang mempunyai smartphone sudah banyak di masyarakat. Hampir setiap orang dari kota sampai pelosok desa mempunyai alat komunikasi canggih tersebut.  Karena sekarang juga orang menjadi homo digitalis bukan sekadar pengguna gawai. Ia bereksistensi lewat gawai. Eksistensinya ditentukan oleh tindakan digital, yakni; uploading, chatting, posting dan tentu saja selfi  (Hardiman, 2021). Maka apabila sesorang dianggap mirip artis tadi di upload oleh seseorang maka warganet akan langsung merespon  dan menyebarkan lagi dengan membagikannya ke group media sosial yang diikutinhya.

Sehingga bak "bola salju" apabila seseorang yang mirip artis tadi langsung viral di media sosial dan disukai oleh banyak orang. Sehingga langsung menjadi konsumsi masyarakat umum dan media nasional untuk menjadikannnya tetap eksis.

Tentu saja viralnya dengan membawa kesan positif bagi masyarakat. Kalau tidak justru bukan keterkenalan atau popularitas yang didapat tetapi  hujatan dari masyarakat atau nitizen. Kita bisa sebut misalnya suatu group  yang mirip dengan group lawak terkenal yang karena tanpa ijin memakai brand dari kelompok  lawak yang terkenal itu, maka  grup mereka yang viral dalam sekejap kini seperti hilang ditelan bumi.

Akan Bertahan Lama?   

Sesuatu yang didapatkan secara cepat dan mudah biasanya tidak bertahan lama. Demikian kata bijak ysng kita dapatkan dari para leluhur kita.  Pepatah ini nampaknya juga berlaku bagi jalur mirip artis untuk menuju kesuksesan. Ketika viralnya seseorang itu sudah jenuh dan digantikan dengan sosok lain yang viral biasanya artis yang yang sebelumnya terkenal akan lambat laun menghilang dari ingatan netizen dan masyarakat luas.

Apalagi kalau hanya berbekal mirip artis, tentu saja ketenarannya di bawah bayang-bayang artis terkenal yang sesungguhnya. Maka apabila orang yang mirip artis tadi tidak  mempunyai keunikan atau keunggulan serta ketrampilan tertentu maka kemungkinan besar  akan menurun popularitasnya. Maka  dunia hiburan adalah  dunia yang penuh dengan persaingan yang ketat, maka bagi  individu yang mirip artis untuk dapat bertahan  keternalannya seyognya selalu menjadikan artis yang mirip dengannya sebagai mentor dan  tempat bertanya dan belajar untuk mengembangan diri apabila ingin memasuki dunia keartisan atau hiburan secara serius.

Tidak salah memang memanfaatkan kemiripan dengan artis yang merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada individu yang terpilih baik wajah maupun suara untuk menapaki  kesuksesan ke depannya dengan adanya sarana media sosial. Selamat kepada Anda yang wajah dan suaranya mirip artis, hal itu sekarang adalah salah modal sosial yang harus Anda rawat pada masa sekarang.

 Untung Dwiharjo, Sosiolog  Alumnus Fisip Unair. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun