aku tak ingin terlambatsetiap pagi, aku berlari menuju ujung timurberdiri di atas karangmenatap bianglalayang berenang di laut tenangmengantarkan tentram para pelaut yang pulangaku mulai memujimu.kau mulai bercampur pada warna laut,sedikit-demi-sedikit darahmu mulai panasaku buru-buru menuju taman kecilkusebuah pot bundarberisi setangkai mawaryang kutanam sejak aku menumukan pagi dan kamupagi ini juga musim hujanmawarku berbungabatang dan tangkainya ada duri yang tak kutahusebab hujan, kutak menemuimuentah apa yang kau pikirkan tentangaku hanya di taman kecilkumenatap kuntum mawardan mencoba menyentuhnyaentah;tahu-tahu jariku penuh darahdan kau hilang dari pagikutapi mawar tamankusemakin mekartersiram;__
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H