Mohon tunggu...
Untuk Negeri
Untuk Negeri Mohon Tunggu... Guru - pembuat kopi di jaringan gusdurian

saya anton samsuri, saya seorang aktifis pelajar, dan seorang guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kebenaran dan Kebaikan, Mana yang Didahulukan?

10 Mei 2021   00:55 Diperbarui: 10 Mei 2021   01:04 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam tadi, sekitar pukul 23.00 WIB, saya dan  beberapa sahabat karib saya mencoba mengumpulkan puing-puing rindu yang sempat tercecer. Tepatnya kami melaksanakan ibadah ngopi dalam istilah lain ngobrol pintar, tapi tidak buat kami, kami hanya ngobrol ngalor-ngidul nglantur bahkan tidak jelas sama sekali. tanpa ada agenda apapun, hanya untuk mencoba meramu rasa yang sempat tertimbun dimasing-masing kalbu.

            Obrolan dimulai dengan pernyataan reflektif, salah seorang rekan saya, "Coba kalau kita pernah berpikir tentang tentang letak kebenaran dan kebaikan.  Cak nun pernah berkata, bahwa kebenaran ada pada dapur, ia menganalogikan jika orang memasak sebuah makanan dengan berbagai racikan tertentu menurut kebenaran akan resepnya maka kenikmatan (kebaikan) berada pada orang-orang yang merasakan masakan tersebut yakni berada pada luar dapur itu sendiri.

            Maka benar itu punya sudut pandang yang beragam, namun pada puncaknya adalah kebaikan-kebaikan. Dalam hal ini,  bijaksana bukan kah terlalu kerdil untuk selalu kita gaungkan?. Kita sibuk untuk bijaksana hingga lupa untuk bijaksini, sehingga hal tersebut menjadikan kita semakin menjadi seorang yang egotransendent, melupakan hak dan menyalahi hak atas manusia lain.

            Dalam konteks keberagaman berorganisasi, pernahkah terbesit dalam ingatan kita bahwa kita sering kali kampanye terkait dengan keberagaman, tapi pernahkah kita juga merenungi bahwa kita pun pernah melupakan bahkan tidak mencerminkan sikap keberagaman itu sendiri. Organisasi merupakan sebuh kumpulan orang-orang yang bervisi sama, bermisi sama, tapi tidak untuk bertendensi sama, berlatar belakang hidup sama, berkeyakinan sama, berlatar keilmuan yang sama, artinya walaupun disatukan pada hal-hal yang menyamakan, mereka tetaplah tidak sama. Hanya pada sebuah ketidak aturan yang teratur.  

            Setiap individu punya kebenaran yang diyakini masing-masing, dan itu perlu menjadi batasan kita dalam berinteraksi, namun dalam kehidupan social maka, kebenaran-kebenaran itu tempatnya didapur, maka kebaikan-kebaikan lah yang harus dijunjung tinggi.

Anton Samsuri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun