Mohon tunggu...
Aniza Ambarwati
Aniza Ambarwati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidik, Penulis, dan mahasiswa magister

A critical person who likes reading, writing, studying, and travelling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengurai Kebuntuan Menulis bersama Sagusaku Yogyakarta

22 April 2017   10:49 Diperbarui: 22 April 2017   20:00 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tantangan besar seorang penulis adalah menjaga komitmen dan stamina. Tak sedikit orang mengeluh dan berhenti menulis karena kehilangan stamina. Stamina menulis bisa dijaga dengan adanya dorongan (alasan mengapa anda harus menulis). Kemudian muncul kembali keluhan, dorongan itu seringkali muncul-hilang. Lalu apa yang harus dilakukan? Gunakan hati anda untuk menulis, hati anda tahu mengapa anda harus terus menulis.

Menulis bukan hanya sekedar menggunakan teknik-teknis menulis dan segudang teori. Satu hal yang penting adalah menulis dengan hati. Segala sesuatu yang muncul dari hati akan sampai ke hati orang lain, membekas lekat. Begitu pula tulisan yang lahir dari hati akan sampai ke hati pembaca. Tulisan yang hadir dari hati akan mengalun indah sempurna, membuat pembaca ingin terus membacanya hingga selesai. Seperti novel-novel Tere Liye yang sangat renyah dinikmati walaupun sebenarnya pesan moralnya hanya berkutat pada cinta, persahabatan, kehilangan, menerima, tak jauh-jauh dari hal-hal tersebut. Tapi novelnya tak pernah terasa membosankan, tetap laku keras di pasarankarena rasanya membaca bagian awal novelnya saja sudah sangat penasaran dengan keseluruhan cerita. Kita terhanyut luluh ke dalam alur yang menawan.

Terkadang sebagai penulis kita melakukan banyak kesalahan, seperti diksi yang kurang tepat, narasi dan deskripsi yang kurang nendang. Disinilah kita membutuhkan editor, ia yang akan membantu mengoreksi tulisan anda. Inilah yang disebut revisi, bisa berulang kali sampai karya dirasa sempurna. Editor pertama sebelum masuk penerbit sebaiknya orang terdekat anda yang bisa memberi masukan dan kritik supaya karya anda lebih baik.

Betapa mudahnya menulis! Tuliskan saja apa yang ada di benak anda. Jangan pikirkan bagian yang sudah ditulis salah atau benar. Lanjutkan sampai selesai. Lakukan revisi pada tahap akhir. Marilah mulai dan terus menulis!

“Guru mulia karena karya”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun