Mohon tunggu...
Untari Wahyuningsih
Untari Wahyuningsih Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Ilmu Komunikasi; UIN Sunan KaliJaga 2015// Pecandu Senja// Penikmat Seni.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Neglected Memory" Karya Sigit Tamtomo di Jogja Contemporary

6 Desember 2015   18:06 Diperbarui: 6 Desember 2015   18:27 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pameran Seni rupa milik seniman Sigit Tamtomo akan selenggarakan di Jogja Contemporary pada tanggal 5- 19 Desember 2015. Pengabaian, meninggalkan hal-hal memungkinkan, suatu yang kemarin sudah tidak digunakan lagi walau mungkin bukan benar-benar yang terlupakan. Begitulah NEGLECTED MEMORY yang berakar dari perubahan-perubahan di setiap periode kehidupan yang tercatat dijejak-jejak karya Sigit.

Pembukaan pameran ini sendiri juga cukup meriah dengan menghadirkan beberapa pemusik yang lantunannya membuat pengunjung serasa ingin bergoyang menikmatinya.

Karya yang ditayangkan pada pameran ini berjumlah kurang lebihnya 20 karya dari jejaknya di periode 2009.

Menurut informasi, ada beberapa bentuk seni yang di tampilkan dalam pameran kali ini. Pertama, Bercak-tipis. Karya ini diawali dari keseharian Sigit membersihkan noda-noda lumut yang menempel di tegel-tegel keramik atau tembok-tembok kamar mandi, mengusap membersihkan noda-noda yang mengerik, mengerok jamur, atau bercak-bercak yang biasanya menempel di dekat kran air. Segala sesuatu tersebut yang dianggap orang lain sebagai hal yang jorok namun dari sanalah ia mulai tertarik hingga menggerakannya ke dalam penciptaan seni lukisnya.

Kedua adalah Ceruk-ceruk. Ceruk-ceruk ini adalah yang biasa kita sebut dengan relief. Ia menggambarkan relief ini secara ekspresif dan subjektuf sebagai simbol ekspresinya. Ceruk, gurat, dan tidak ada ubahan congkelan, terhantam dan sayatan yang tertera pada tembok-tembok tafril kekaryaannya. Dari informasi yang disebutkan bahwa itulah yang akan menghasilkan suatu jejak yang tentunya pada proses pembuatannya sendiri menemukan tekanan yang berbeda dari suatu bidang atau gumpalan yang berbeda pula. Karya ini berupa hantaman sebuah kepalan tangan, sayatan tipis yang kesemua itu nyata ekspresi fisik yang keterlukaaan, dendam dan kemararahan. Sebuah perlakuan yang bertujuan untuk meringankan suatu beban atau atas ekspresi ucapan kasar yang pantas dilakukan oleh objek yang lain.

Ketiga adalah Rol-Gelondong. Karya ini bermaksut tentang satu hal dalam bentuk yang lain yang tertera pada ragam tanda-tanda yang bersifat non figuratif. Satu proses kapan dimulai dan kapan harus berakhir sebagian ceita yang tertampung dalam gulungan didalam rol gelondong, yang lebih terdahulu telah tergulung dan kini yang tamoaj adalah hasil yang sedang berproses.

Karya ini cukup paling besar diantara yang lan bentuknya memanjang dan terbuat dengan detail juga dipajang seperti menggantung. Rol gelondong ini adalah suatu keunikan tersendiri yang ada didalam pameran ini. Jadi, rol-gelondong ini berlubang-lubang, irisan gerenda adalah jejak dari ungkaoan yang layak sebagai objek pelepasan emosional. Memvisualisasikan kehidupan yang mana sudah berlalu dan tergulung, terlipat disatu gelondong sedangkan yang kini dihamparkan memanjang adalah kehidupan yang masih berkelanjutan dan terkeam diatas seng yang sedang berposes.

Keempat adalah Arsis-Hapus. Teknik yang digunakan dalam mengarsis-menghapus tidak jauh beda dengan bercak-tipis. Karena dalam teknik ini pun kita juga membutuhkan tekanan pada bagian yang berbeda dari menebal dan menipis. Disamping tipis juga tembus pandang. Penghapusan yang terbentuk juga mengisyaratkan bahwa jejak lama di munculkan kembali sebagai penyadaran bahwa pentingnya masa lalu.

Jadi, dalam berkarya Sigit mengalami perubahan demi perubahan yang sederhana bahwa masing-masing manusia termasuk Sigit tekah meniti kenaturalan hidup yang juga memilki periode-periode yang tidak semuanya menetap, melainkan hanya bersifat kesementaraan. Karyanya yang berupa bercak-tipis, tembus pandang, berlubang pada rol gelondong dan sayatan pada ceruknya adalah esensi sekaligus eksistensi suatu yang paling mendasar dari kesadaran seniman sebagai aspek dari proses organis yang hidup.

Dari beberapa karya yang ditampilkan, saya menyukai karya ini. Menurut saya, karyanya cukup unik. Meskipun lainnya pula juga cukup banyak yang menarik perhatian. Namun, mata saya tertuju pada karya yang satu ini. Detail dalam membentuk garis yang sepertinya juga rumit karena masih ada garis lain yang belum dihapus. Perpaduan warnanya juga baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun