Mohon tunggu...
Untari Wahyuningsih
Untari Wahyuningsih Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Ilmu Komunikasi; UIN Sunan KaliJaga 2015// Pecandu Senja// Penikmat Seni.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Samar-Samar Semar Sudiro Karya V.A Sudiro Di Bentara Budaya Yogyakarta

22 November 2015   08:19 Diperbarui: 22 November 2015   08:19 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pameran Seni Rupa milik V.A Sudiro atau lebih lengkapnya bernama Valentinus Atmo Sudiro sedang dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta dari tanggal 17 November hingga 25 November 2015. Kali ini pameran seni rupa dari V.A Sudiro mengangkat judul SAMAR-SAMAR SEMAR SUDIRO. V.A Sudiro sendiri ialah salah satu dari para seniman Indonesia yang mengangkat sosok Semar sebagai subjek lukisannya.

Semar, dalam pewayangan Jawa sendiri dianggap sebagai sosok istimewa. Ada dua aspek yang berlawanan pada dirinya. Yang pertama, Semar adalah makhluk superhuman atau dipercaya sebagai dewa yang menitis manusia biasa. Kedua, Semar bukanlah perempuan bukan pula lelaki. Sehingga selalu in-between seperti simbol Yin-Yang, atau seperti realitas subatomik dalam istilah Fisika yaitu objek/ makhluk apa saja yang berpotensi sebagai partikel maupun gelombang padat pada saat bersamaan.

Dalam berbagai cerita yang ada. Sosok Semar selalu mengingatkan sesamanya untuk selalu kembali menuju jalan kebenaran. Itu sebabnya kuncung pada bagian kepala dan telunjuk kanan mengarah ke atas.

Menurut dari informasi yang ada, Semar dalam karya-karya lukis Sudiro direpresentasikan dalam berbagai latar, bergantung pada refleksinya soal kehidupan yang selalu berubah. Semar-nya dapat dihadirkan dalam situasi mistik-kultural dengan ikon-ikon tradisional maupun dalam latar perkotaan, dimana simbol-simbol kekuasaan, bisnis dan dinamika kota metropolitan koekis, membentuk suatu jenis kehidupan baru.

“Pameran ini bagus ya. Benar-benar dikonsep sedemikian rupa. Begitu masuk ke dalam ruangan pameran inipun juga kental dengan suasananya yang agak mistis. Selain itu, juga ada hiasan-hiasan yang sesuai dengan judul yang diangkat. Ada patung-patung semarnya juga. Lukisannya pula juga menciptakan kesan realistis. Perpaduan warnanya juga bagus. Lalu, lukisannya detail sekali. Tentunya setiap lukisannya terkandung makna-makna tersendiri” Menurut salah satu pengunjung pameran, Novi.

V.A Sudiro adalah seorang seminan berkelahiran 1939 yang konsisten menekuni bahasa pelukisan representasional, tetapi menghadirkannya dalam lukisan yang komposisinya seperti realitas mimpi. Waktu dan ruangnya bertukar-tukaran tempat dan bisa diartikan sebagai apa saja.

Karya V.A Sudiro ini sering dimaknai dengan lukisan surreal yang tampilannya tak nyata atau diatas atau melampaui kenyataan-kenyataan. Karena visualisasi yang sedemikian rupa, karyanya juga bisa dimaknai sebagai surrealitic painting, dengan aura mistik.

Dalam pameran ini, tidak hanya lukisannya yang dipikirkan. Namun dari pertama kali pengunjung masuk,pengunjung akan disuguhkan oleh dekorasi ruangan pameran yang bagus. Ada hiasan patung semar yang ditata sedemikian rupa, dengan dihiasi oleh model kain kotak-kotak berwarna hitam putih seperti suasana di Bali. Kemudian tersebar pula bunga melati disekitarnya. Diruangan selanjutnya, ada pula beberapa lukisan yang menggunakan kain batik. Jadi, memang seperti membatik namun motifnya beragam dan bukan seperti batik biasa. Ada beberapa juga lukisan mengenai pulau Bali. Namun, tetap saja lukisan Semar mendominasi pameran kali ini.

Salah satu lukisan yang saya suka dalam pameran ini adalah gambar diatas. Dalam gambar diatas, terlihat betapa sosok Semar yang dari segi lukisan sendiri dibuat dengan detai. Terlihat dari garis-garis diwajahnya. Kemudian gambar ini seperti replika bumi namun dikombinasikan dengan tubuh Semar lalu dikelilingi oleh beberapa peri. Perpaduan warna biru, hitam dan coklat muda menjadikan gambar ini mempunyai daya tarik tersendiri untuk saya.

Beberapa karya dari V.A Sudiro yang ditampilkan dalam pameran kali ini berjumlah kurang lebih 20 karya dengan sebagian menggunakan cat minyak dalam membuat lukisan dan ada pula dengan model membatik.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun