Menjodohkan orang hingga sampai kepernikahan itu pahalanya seperti membangun sebuah masjid... seperti kesuksesan teman kita di kompasiana mbak Ay Mahening yang sukses mengenalkan mas Wahyu Cinta dan Mbak Lin Halimah, yang sudah sampai tahap kepengurusan pernikahan. begitupun halnya saya sering menjadi makcomlang untuk teman teman kerja, ataupun sodara dilingkungan saya yang datang jauh jauh hanya untuk mencarikan jodoh, setiap kali saya menekankan ke mereka, Jodoh itu urusannya bukan lagi dengan manusia, ada peran Sang Maha pencatat takdir yang kita tak bisa tinggalkan, mungkin seperti mbak Ay Mahening dan saya juga punya satu pemikiran hanya mengenalkan selanjutnya pelajari sendiri tentang karakter masing masing pasangan, karena jika salah pilih gak akan ada garansi gantinya. dan kita sebagai pihak yang mengenalkanpun juga tak mengharapkan apa-apa selain menambah persaudaraan.
Merasa sangat berarti saat berada ditengah komunitas dan lingkungan kerja kita diberi kepercayaan oleh teman teman, saat mereka meminta mencarikan kenalan syukur syukur bisa langgeng sampe kepernikahan bukan hal mudah dan saya juga gak gampang jika diminta, karena pernah juga disalahkan karena karakter si suami yang tidak bagus, dan hal ini membuat saya kapok dan lebih berhati hati karena pihak perempuan yang terus menyalahkan seolah menyudutkan saya, dan saya sejenak akan lupakan hal itu jika seseorang yang minta dikenalkan ini terus menerus mengatakan, "pilihan ibu pasti baik dech,... saya percaya sama ibuk"... iih jangan maksa ahhh buat kamu sudah ga ada stock canda saya, sampai akhirnya saya nyerah, saat teman saya yang punya wajah agak memelas memohon pada saya untuk mengenalkan nya pada seorang bidan yach sebut saja Hera, dalam hati saya bergumam mana mau si Hera yang perfeksionis ini bersuamikan seorang si Asep Driver ambulance. batin saya memprotes dan keadaan Hera yang sudah bertunangan membuat saya mengurungkan niat saya untuk menanyakan kemauan asep yang terus mendesak.
Dalam keadaan kalut Hera bertemu saya di cafetaria sedang makan siang jadilah saya duduk semeja, cerita mengalir dari mulut hera yang nampaknya menunggu kesempatan untuk bisa ngobrol berdua dengan saya karena jika posisi jam kerja kesempatan itu sangat langka, sampai akhirnya saya memberanikan diri mengungkapkan niat si asep yang ingin serius menjalin hubungan, tak saya sangka mata hera berbinar mendengarnya, isyarat ini kaget ato bingung nie.. saya sampaikan berita gembira ini pada si asep nyaris tanpa ekspresi karena saking gembiranya, alhamdulilah sampai sekarang sudah di karuniai seorang anak yang manis yang sekarang berumur 2tahun.
Berbeda lagi dengan kisah si Derry si bujang yang susah move on karena saking lugunya susah sekali jika dikenalin saya juga bingung apa yang salah dengan ini orang ya... wajah juga lumayan lah gak jelek jelek amat. Rumah sudah ada mobil juga punya, sudah punya usaha sendiri pula, jaminan apa coba yang buat cewek ga bahagia, sudah beberapa temen sodara, kenalan coba saya kenalkan sama deryy yang semuanya berakhir dengan kegagalan. sampai pada saatnya saya disadarkan pada keadaan banyak teman lagi pada ngumpul di rumah yang niat nya mau ngenalin si derry ini dengan salah satu ponakan temen sekantor saya. Tetiba temen saya ini BBM saya kondisi dia melihat derry yang juga berada diantara kami " bu... si derry ini gimana jatuh cinta sama cewek lain, dia cintanya sama ibu."Â Kok bisa... dia ini usianya lebih muda 10 tahun dari saya pak... jwb temen saya lagi..." kalo pengen tau hatinya lelaki tanyalah pada lelaki." wah ini judulnya wayang yang jatuh cinta sama dalang... gubrakkkkk...
Menyadari hal ini saya kumpulkan serpihan puzzele kehidupan dan mencoba menyusunnya kisah kisah yang sudah saya jalani bersama derry... waduuuh.... resiko nie... nasib nasib kalo jadi janda cantik lagi ... sindir si hera waktu saya curhati... yang gak kalah keras ketawanya karena si derry masih sodara dengan hera. masqul saya menatap hampa, ga nyangka dech saya juga harus lebih hati hati karena derry punya karakter beda pendiam dan hatinya susah ditebak. Setelah mengetahuinya saya jadi susah mau komunikasi, bingung mau ngomong apa... takut salah.. takut menyakiti.
inilah keunikan suka dan dukanya mencomblagi teman... ini ceritaku... apa ceritamu kompasianers... ayo kita sharing....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H