Mohon tunggu...
Untari Seati
Untari Seati Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangia biasa karena alasan seorang anak aku belajar menjadi ibu yang luar biasa

Selalu bertumbuh dengan belajar dari sang guru kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Sang Pemilik Surga

17 Juli 2017   14:47 Diperbarui: 17 Juli 2017   14:53 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dibalik diding anyaman bambu.. terdengar tangis bayi melengking, hawa dingin membekukan isi bumi, Yu Darkum belepotan darah di tangannya, keringatnya membanjir menolong persalinan seorang pelacur yang ia temukan di jalanan, Ditepian kali sawur gubug berpasir ini menjadi saksi kebesaran hati yu Darkum menolong banyak orang papa, segera di gendong dan di balut kain seadanya untuk menghangatkan bayi mungil yang terlahir selamat namun tak mengenal siapa bapaknya, lelah nya terbayar sudah setelah sekian jam berlalu prosesi kelahiran sang jabang bayi lancar. Gubug tempat yu Darkum tinggal seperti didatangi beribu ribu malaikat memberikan barokah karena ketulusan hatinya memberikan pertolongan tanpa pamrih, masih tergolek belasan wajah wajah sendu tertidur tanpa dosa, anak anak yang entah siapa orang tuanya.. dalam asuhan tangan yang penuh kasih nya yu Darkum.

Di belahan bumi lain wanita cantik mandiri turun dari mobil keluaran terbaru, seorang security berlari kecil untuk membawakan tasnya yang berisi laptop dan dokumen penting penjualan gedung pencakar langit dan pulau serta jenis barang tambang di indonesia ini seorang Lasmini yang cantik dan pintar, perjalan spiritualnya di seluruh negri selalu diliput beberapa media hal ini yang membuatnya terkenal, kemewahan hidup yang dicecapnya tak menggerakkan hatinya untuk mencari pasangan. Karena semua hal telah ia dapatkan, atau entah karena target yang terlalu tinggi untuk seorang pasangan, lelaki sempurna yang ia damba tak kunjung datang sementara usia menghampiri 50 th. 

Bagaikan bumi dengan langit seorang darkum dan lasmini yang terlahir dari kandungan yang sama namun karakter mereka sangat berbeda, Yu darkum sangat peka dan peduli dengan sesama, sementara lasmini seolah sempurna mengejar dunia yang sebenarnya hanya fana ini, hingga suatu waktu lasmini di vonis terserang kanker payudara, Yu darkum berusaha menemui adik perempuan satu satunya ini dengan segala daya merawatnya namun lasmini sepertinya  malu mengakui, vonis dokter mengharuskannya merelakan salah satu payudaranya  diangkat, semua kolega nya menjenguk dengan berbagai macam parcel dan ucapan, bu walikota terharu melihat ketulusan yu Darkum merawat adiknya, namun lasmini mengelak terlalu malu untuk mengaku, " wah mbak lasmini beruntung banget memiliki pembantu yang sangat setia" tatapan yu Darkum menunduk redup seketika diam tak mampu berbuat apa- apa.

Dalam dekap senja pasi Yu darkum kembali pada Ilahi tanpa ada siksa dan sakit yang dirasa sebelum nya, khusnul khotimahnya seorang yang berhati mulya, semesta bicara inilah makluk pilihannya.. Lasmini telat menghadiri pemakaman saudari satu satunya ini, penerbangannnya dari jakarta delay pesawatnya hingga beberapa jam lamanya, lasmini enggan singgah apalagi  tidur di gubung mbakyunya, sekedar menemui ponakannya untuk menyerahkan sejumlah uang duka, gubug reot itu rasanya ingin dirubuhkannya dan anak anak tanpa orang tua nya itu kalau bisa di bubarkan saja, rencana lasmini untuk menanami pohon jati dipekarangan orangtua nya ini, setelah banyak bicara lasmini beranjak, meninggalkan wajah wajah sendu puluhan bocah bocah piatu.

Setibanya di jakarta lasmini kambuh kembali sakitnya, kali ini dia merasakan sakit yang luar biasa mungkin ini yang disebut sakratul maut setelah menjalani kemo berkali kali tubuhnya renta beberapa syarafnya tak berfungsi, dokter sudah memvonis usia lasmini tak akan lama lagi,  dalam bayangan lorong gelap lasmini di bawa dalam satu cahaya, satu hal yang ada di benaknya seolah ada sepasang tangan yang meraihnya sepasang tangan penuh kasih memapahnya, "belum saatnya kamu disini adikku, masih banyak yang belum kau selesaikan di dunia, bekalmu masih kurang kembalilah, sebenarnya kasih adalah jika engkau memberi, memberi dengan hati dengan sembunyi hanya dengan cara itu Tuhanmu bisa didekati bukan dengan kesempurnaan dunia yang fana, kesejatian hidup adalah mengumpulkan bekal dengan kebaikan tak harus berlebihan namun mesti dengan ketulusan". Lasmini seketika terjaga melempar pandang sekeliling menemukan keajaiban.. dalam benaknya berjanji dalam kesempatan ke dua ini baru dia menyadari sebenarnya surga itu milik mereka yang suka berderma dengan segala daya tanpa disertai rasa ujub dan riya.

Sragen, 17-07-2017 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun