Mohon tunggu...
Untari Seati
Untari Seati Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangia biasa karena alasan seorang anak aku belajar menjadi ibu yang luar biasa

Selalu bertumbuh dengan belajar dari sang guru kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Beranda Hati

10 Oktober 2016   14:28 Diperbarui: 10 Oktober 2016   14:44 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menunggu.. Entah untuk yang kesekian kali, dalam rinai gerimis pagi ini rindu yang semalam datang dalam mimpi, ujudmu tiada lagi kutemui disisi,  itulah bisik hati yang kian hari merapuh dan renta, rindu hati seorang ibu yang di tinggalkan anak anaknya, duduk ditepi beranda usang namun hatinya tiada mengenal lelah. Sosok-sosok yang dulu riuh disetiap sudut rumah nya yang luas dan lega, tapi kini sorot mata tua itu kian hampa, mampu menyempitkan hatinya sedemikian rupa ke 7 anaknya telah berkeluarga tak satupun yang tinggal,semua dibawa jauh oleh cita-cita mereka.

Bu Halimah seorang perempuan sepuh yang kini tinggal sendiri seperti batang kayu rapuh, imun kekuatannya nya satu demi satu menjauh setelah Bapak Kardiman suaminya meninggal yachh pasangan jiwanya meninggal dunia, harapannya luruh seketika. Anak anak yang telah berumah tangga sibuk dengan segala urusannya, hati orang tua tak butuh apa apa dari anak anaknya selain perhatian, kasih sayang tak mungkin kembali berimbang, seorang ibu akan tetap menyayangi anak anaknya walaupun sudah sama sama tuanya, tapi pemahaman tiada akan sama. 

Di Beranda rapuh nya mata tua itu setia menunggu kedatangan anak-anaknya rindu pada cucu-cucu nya yang tak pernah lekang oleh waktu, tak pernah gugur oleh apapun, tapi kini hati tuanya makin luka beberapa waktu yang ditunggu tiada datang jua, dering telp pun untuk beberapa hari tiada suara, kadang hatinya yang rapuh di bangun dengan keyakinan yang ia bangun sendiri, di bawa hapenya pada tukang service, jawabannya sungguh menyakitkan hape ibu tidak ada yang rusak bu.

Yang menguatkan hati adalah cinta, yang menguatkan cinta adalah perhatian, keduanya menjaga hati yang utuh terbangun sebuah keyakinan  bahwa dirinya dibutuhkan namun semua tiada. 

Pagi di sebuah waktu subuh, Bu Halimah terduduk sendiri di beranda hati, matanya terpejam menunggu..

Menunggu.. untuk yang terakhir kali anak anak nya kembali.. untuk melihat jasadnya yang terakhir kali.

Cengkareng, 10 Oktober 2016

Sayangi kedua Orang tuamu selagi mereka masih ada 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun