Mohon tunggu...
Untari Seati
Untari Seati Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangia biasa karena alasan seorang anak aku belajar menjadi ibu yang luar biasa

Selalu bertumbuh dengan belajar dari sang guru kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Pemberi Nama

18 Juni 2016   10:15 Diperbarui: 18 Juni 2016   11:04 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada jaman dahulu kala di dalam sebuah desa dipimpin oleh seorang bijak yang terpercaya, dia sangat disegani oleh setiap masyarakatnya, menyelesaikan beragam masalah dalam hidup bermasyarakat secara adil. Setiap penduduk yang melahirkan anaknya akan bertanya pada sang pemimpin, akan dibeni nama siapa, karena mereka percaya setiap nama yang diberikan untuk anak anak nya didapat melalui laku bathin, prihatin melalui laku puasa. 

Karena ada makna pesan didalamnya, amanat cita cita yang membawa keberkahan untuk anak itu kelak akan menjadi apa. Jika tidak cocok , anak tidak kuat dengan pemberian nama tertentu, sang jabang bayi akan mengalami sakit- sakitan, susah disembuhkan steep panas tinggi orang kampung kami menyebut nya mecicil. Sehingga namanya harus diganti dan benar saja setelah melalui ritual ganti nama dengan bubur merah- putih sakit nya si anak sembuh normal kembali.

Aku hanya tersenyum mendengarkan dongeng mas Pri pada anaknya yang berumur 6 tahun si Fadli, ponakanku yang ceriwis dan besar rasa ingin tahunya. “tante kenal gak sama pemimpin sang pemberi nama itu”, kucubit pipi tembem fadli “ kenal lah dia kan Bapakku, mbah kakung mu sayang”.  Jawab fadli sambil melongo “ seriusan tante”. “ iyalah”. Jawabku meyakinkan. Disusul mas Arya yang tiba tiba nimbrung menyusul menimpali obrolan kami. “Fadli jaman dahulu kala juga ada yang ngambek ga mau sekolah karena malu sama namanya”,  kulirik dengan geram mas ku tersayang ini “… stttt jangan dicerita apa mas, kan malu sama Fadli”. Dasar Fadli usil makin penasaran aja dia mengejar pertanyaannya.

“Dulu waktu tante uun mu ini pernah ngambek gak mau sekolah, Ceritanya ada guru baru setiap siswa memperkenalkan diri, termasuk tante uun yang menyebut nama dengan bangga dan fasih, SRI UNTARI SEATI UTAMI. Dengan spontan pak guru menyingkatnya jadi SUSU maka seluruh isi kelah tertawa dan  dipanggil sama seluruh temennya di kelas dengan nama SUSU, tantemu ngambek protes ga mau sekolah dan ga mau bicara sama mbah kakungmu berhari hari. Selalu  ngumpet di kandang kambing sampai gak mau makan beberapa hari dan pingsan.

Dan setelah di bawa ke dokter dan pulih, tantemu nangis sejadi jadinya ga mau dengan namanya harus ganti teriaknya. Berganti aku yang mengambil alih jalan cerita, Berlahan Bapak menggendongku yang terus meronta dan akhirnya rasa sayang nya yang begitu besar mengalahkannya, dalam pelukan bapak berbisik, kamu tau kenapa bapak memberikan nama itu pada anak perempuan bapak yang paling di sayang, bapak menunggumu setelah kelima kakakmu lahir, kamu ada setelah bapak jadi pemimpin berbeda dengan kakak-kakakmu, kamu kebanggan bapak nduk.

Bapak punya pesan dan harapan untuk kamu kelak, karena nama adalah doa kebaikan apalagi kau anakku yang tersayang, SRI : itu keutamaan, UNTARI : artinya bintang fajar karena kamu lahir sebelum subuh menjelang, SEATI : setia pada satu hati, UTAMI : yang terpenting. Kupeluk erat bapak penuh sayang, mengerti begitu besarnya harapan bapak padaku, ada pesan dalam namaku,  Aku bangga dengan nama itu walau siapapun yang meledek aku tak peduli lagi.

Dan ketika mengakrapi dunia kepenulisan, nama itu tetap aku pakai walau tak semua kusertakan cukup UNTARI SEATI, yang ternyata tiada duanya  nama yang sungguh unik dan bermakna. Semoga harapan bapak didalam namaku bisa terwujudkan, itu janjiku,  walaupun bapak telah tiada. Ternyata penting untuk memberitahu pada anak tentang arti nama nya setidaknya seorang anak mengerti akan pesan dan harapan kedua orang tuanya.

Kaget alang kepalang ketika aku disapa seseorang di chat salah satu media sosial,  seorang perwira Angkatan Udara, tak yakin melihat profilnya. Ternyata dia teman kecilku, salah satu anak yang diberi nama oleh alm. Bapak,  BAMBANG SURYANTO. BAMBANG:  yang artinya prajurit kesatriya, SURYANTO:  yang berarti pemimpin yang hormat dan cerdas,  dalam chat nya dia bercerita sampai 3x kali mecicil harus ganti nama, ternyata yang paling cocok yang terakhir ini, saya hanya tertawa, namun juga ada rasa bangga terselip didalamnya, mas Bambang sendiri bangga dengan nama pemberian alm. Bapak yang Alhamdullilah bisa mewujudkan arti harapan didalam namanya. Kami berencana berziarah nyekar di makam.  Alhamdullilah semoga kebangaan dan pesan bapak didalam nama kami mampu menjaganya.

RINDU ALM.BAPAK Cengkareng 18 Juni 2016.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun