Mohon tunggu...
Heru Setiawan
Heru Setiawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

tak ada KATA yang bisa diungkapkan, hanya DIA yang tahu siapa AKU

Selanjutnya

Tutup

Nature

Perkenalkan Namaku "Air"

1 Maret 2015   02:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:20 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Perkenalkan namaku Air. Bentukku seperti buliran-buliran cairan bening. Aku tidak tahu darimana aku berasal, ada yang menyebutkan aku mengalir dibawah tanah, ada pula yang menyebut aku berasal dari atas langit. Darimanapun aku berasal aku tak memperdulikannya. Aku tak sendiri, aku memiliki teman. Tidak hanya puluhan tapi ribuan bahkan ratusan milyar atau triliunan teman yang aku miliki. Nama teman-temanku sama seperti aku, bentuknya pun serupa dengan bentukku, dan kami akan menyatu saat bertemu satu dengan yang lainnya. Perkenalkan namaku Air.
......
Aku dan teman-temanku adalah bagian dari sumber kehidupan di muka bumi ini, hampir seluruh permukaan bumi didominasi oleh kami. Semua mahkluk hidup membutuhkan aku dan teman-temanku dikehidupannya sehari-hari. hewan, tumbuhan dan tentunya manusia memanfaatkan aku dan teman-temanku untuk keberlangsungan kehidupan mereka.
Populasi kami sangat melimpah dimuka bumi ini. Disaat aku bersama temanku jatuh dari langit ke bumi atau manusia menyebutnya dengan hujan, kami menghujam ke tanah dan rerumputan yang lembut, dan langsung diserap kedalam tanah, sebagian dari kami diserap oleh akar-akar tumbuhan. Sedangkan yang lainnya akan terus diserap kedalam tanah dan tersimpan didalam tanah. Manusia menyebutnya dengan air tanah. Adapula sebagian dari kami menghujam langsung ke sebuah cekungan tanah dan langsung memenuhi cekungan tersebut hingga menjadi sebuah danau, luapan air dari danau mengalir menjadi sungai menuju kedataran yang lebih rendah lalu hingga menuju laut. Sebagian dari kami yang mengalir diatas permukaan akan mengalami penguapan akibat terkena panasnya matahari, kemudian membentuk awan dan kembali menjadi hujan. Begitulah siklus kehidupan kami para Air.
Memasak, mencuci, mandi, minum, menjadikan kami sebagai penggerak turbin yang menghasilkan tenaga listrik dan lain-lain, hampir 100% kegiatan manusia mengandalkan kami dikehidupannya karena keberadaan kami yang sangat berlimpah, tapi bukan berarti kita tidak akan habis jika digunakan terus menerus. Sifat manusia dan jumlah populasi manusia yang terus bertambah membuat keadaan populasi kami semakin sedikit dari tahun ketahun. Penggunaan air tanah yang berlebihan terutama didaerah perkotaan menyebabkan kondisi kami para Air berkurang drastis, ditambah lagi kurangnya lahan serapan untuk kami disaat hujan. semua telah menjadi beton padat, teman-temanku harus jatuh membentur aspal bahkan beton-beton dan paving-paving perumahan, sehingga tidak langsung diserap oleh tanah. Kami bahkan harus mengalir kedalam selokan-selokang kecil yang terkadang buntu karena sampah ataupun bangunan-bangunan, sehingga kami meluap menggenangi jalanan dan perumahan warga, manusia biasa menyebutnya dengan banjir. Terkadang aliran kami disungai yang seharusnya lancar menuju laut harus terhalang pula oleh pipa-pipa dengan berbagai macam warna yang membentang disungai-sungai perkotaan. Ditambah lagi sebagian teman-temanku harus bercampur dengan limbah-limbah buatan manusia.
Tidak hanya di perkotaan, teman-temanku yang jatuh di daerah hutan yang tak lagi memiliki pepohononan dan tanaman yang menyerap kami, membuat kami harus meluncur bebas kedataran rendah, meluap menjadi banjir bandang, mengalir kesungai secara deras tanpa penghalang, menerjang apa saja yang ada dihadapan kami, jembatan dan termasuk rumah-rumah di sekitarnya. Aku dan teman-temanku tak lagi diberi kesempetan untuk menjalani siklus kehidupan kami secara normal seperti dulu, hingga menyebabkan ada beberapa daerah yang mengalami kekeringan.
Perkenalkan namaku Air. Semoga dari ceritaku ini, membuat manusia mengerti, membuat manusia paham, pergunakanlah aku seperlu yang kalian butuhkan. Biarkan aku menjalani siklus kehidupanku dengan normal. Biarkan Aku jatuh menghujam tanah dengan lembut, yang ditumbuhi berbagai tanaman dan pepohonan yang menyimpan kami di akarnya, menyimpan kami didalam tanah yang nantinya bisa digunakan untuk anak cucu kalian. Buatlah Aku merasa menjadi berguna untuk kehidupan kalian, agar kami tak merasa hanya menjadi ancama bencana bagi anak cucu kalian kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun