Pernah dengar curahan hati seorang teman, yang bercerita tentang mengapa dirinya begini dan mengapa dirinya begitu? Pasti pernah, kan?
Saya pribadi sering mendengar cerita beberapa teman saya, mereka menceritakan tentang kisah hidup mereka, permasalahan mereka, dan ya rata-rata dari mereka menginginkan sebuah pembenaran atas sikap yang mereka ambil terhadap hidup mereka. Apalagi di usia dewasa muda, yang baru memasuki kehidupan baru, dan problematika yang lebih ruwet ketimbang anak sekolah. Rasa ingin tahu yang begitu menggebu di jiwa, semua hal ingin dicoba, dari yang positif hingga ke hal yang negatif. Tak sedikit pula yang terjerumus dan sulit membebaskan diri dari jeratan pergaulan kota metropolitan yang keras ini.
Alasan mereka yang terjerumus ke dalam pergaulan sangat beraneka ragam, ada yang memang sengaja mencoba-coba karena penasaran, ada yang terjebak oleh teman, ada yang sekadar ikut-ikutan agar dibilang kekinian dan pengikut zaman, atau bahkan dengan alasan rumah tangga orangtuanya yang berantakan.
Alasan terakhir yang membuat saya tergerak untuk menulis ini.
A: “lo kenapa sih hobi banget ke klub? Minum olkohol? Ngobat?”
B: “gue gak betah di rumah, bokap-nyokap gue berantem terus, terakhir gue denger mereka mau cerai”
Sudah bukan hal yang aneh lagi, jika mendengar alasan semacam ini. Mencari pembenaran dengan alasan tertekan keadaan. Orangtua bertengkar, orangtua bercerai. Menyakitkan memang melihat dua manusia yang telah membesarkan kita, harus berpisah karena tak ada lagi kesempatan untuk menyelesaikan pertikaian. Tapi, apa dengan menjadi badung semua bisa kembali baik-baik saja? Apa masalah terselesaikan begitu saja?
Sangat tidak dibenarkan seseorang menjadi berantakan karena sebuah keadaan yang tertekan. Mereka yang memilih untuk menjadi badung karena alasan orangtua yang bertengkar sekalipun berpisah, adalah selemah-lemahnya manusia. Karena manusia kuat adalah mereka yang bisa memperbaiki keadaan, bukannya lari dari kenyataan kemudian menciptakan masalah baru.
Stop, menjadikan ketidakbenaran sebagai pelarian dari segala masalah-masalah yang ada, hidup itu pilihan antara benar dan salah, baik dan buruk, dan jangan jadikan pilihan yang salah sebagai pelarian, karena masalah tidak bisa diselesaikan dengan ketidakbenaran, tapi oleh kebenaran yang niscaya akan mendatangkan kebaikan.
“Salah satu cara untuk membalas orang yang telah menyakiti kita adalah dengan bangkit dan berusaha untuk sembuh” – Dara ‘Oka’ Prayoga.
(source: listeningfaithfullyblog.com)