Mohon tunggu...
timur
timur Mohon Tunggu... swasta -

Kullu man alaiha fanin wa yabqa wajhu rabbika

Selanjutnya

Tutup

Politik

Wacana Sistem Proporsional Tertutup. Berbahaya

21 Juli 2016   04:00 Diperbarui: 21 Juli 2016   04:54 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

ada wacana tadi saya baca berita. ada pengurus partai yang mewacanakan untuk pileg nanti dipakai sistem proporsional tertutup. dimana artinya, abis warga negara pilih calon anggota legeslatif. toh walaupun banyak itu si caleg punya suara, belum tentu juga si gede suara itu yang duduk, tapi terserah suka hati pengurus partai( ya pastilah dengan katanya alasan rasional ini atau itu). dengan alasan pileg dengan sistem proporsional sekarang banyak yang terpilih tapi gak bisa apa apa. karna kaya aja dia maka terpilih, atau menang nama bapaknya atau punya keluarga besar, tapi secara intelek dan emosionalnya rendah.

untuk mengatasi masalah keterpilihan sipolan sipolin uang dianggap gak pintar itu, tapi jadi anggota dpr. solusinya bukanlah dengan sistem proporsional tertutup. yang sangat memungkinkan partai bertindak tidak adil dan menggunakan pangkat dan kekuasaannya di kepengurusan partai untuk mengutak atik siapa yang berhak duduk di dpr dprd. "ndak usahlah sipolan karena bla bla bla, si ini aja kita naikkan karena karena dia baik sama kita , dia sesuai kepentingannya sama kita, sipolan yang disana payah dan bla bla bla.

solusinya daripada dibikin sistem proporsional. maka biarlah saja sistem yang ada sekarang ini, sambil diadakan perbaikan perbaikan yang perlu. cuman dari awal itu setiap partai lebih selektif meletakkan siapa caleg calegnya, jadi antara satu caleg dengan caleg yang lain adalah orang yang dipandang punya kemampuan politik dengan kecakapannya dan personality nya masing masing. jadi letakkan caleg caleg yang memang punya kemampuan untuk mewakili masyarakat, dengan masing masing kelebihan dan kelemahan dari si caleg yang ada.

jangan kasih jadi caleg dari awal, mereka yang jahat, mereka yang tidak pintar, mereka yang berpotensial suka money politik yang padahal kita tahu dia tidak punya kemampuan sosial politik dan berpotensi mengabaikan masyarakat dan partainya nanti. caleg boleh saja dari kalangan orang kaya, caleg bangsawan, caleg punya keluarga besar, bisa saja di tarok jadi caleg, asal saja punya kemampuan politik dan punya integritas.

disitulah pentingnya sebenarnya kaderisasi partai. dalam mengisi siapa calon legeslatif dan juga eksekutif. tapi toh yang kita lihat sistem kaderisasi partai belum cukup baik dan tidak maksimal di banyak partai.

solusi kedua, selain kaderisasi tersebut ya itu tadi, seleksilah lebih ketat dengan persyaratan dan pandangan yang lebih jeli, siapa caleg caleg yang pantas kita tarok, untuk nantinya siapa caleg yang terpilih dari partai tersebut, partai gak menyesal dengan anggota dpr dari partainya andaikan terpilih. karena dari siapapun caleg yang ditempatkan tersebut adalah memang orang yang pantas untuk mewakili masayarakat dan partainya.

jadi seharusnya partai lah yang seharusnya yang harus lebih selektif dalam memilih caleg dari awal. dan bukan karena ketidakmampuannya dalam hal tersebut, malah kemudian mewacanakan dan meminta diadakan sistem proporsional tertutup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun