“Ngelem”, Apa itu “ngelem”? Mungkin yang ada di pikiran beberapa orang ngelem merupakan memakai lem untuk merekatkan benda yang satu dengan yang lainnya. Namun, bukan itu yang dimaksud, ngelem di sini maksudnya menghirup uap lem atau zat sejenisnya dengan maksud untuk mendapatkan sensasi memabukkan dan berhalusinasi, ini membuat para pelakunya tidak mengurungkan niat untuk berhenti “ngelem”, mereka tetap melakukan aktivitas “ngelem” sehingga mengalami ketergantungan. Perilaku “ngelem” juga merupakan salah satu tindakan yang dijadikan sebagai pelarian untuk dapat menikmati hidup.
Budaya “ngelem” kini bukan lagi sesuatu yang asing, mereka secara terang-terangan melakukan perbuatan itu di pinggir jalan umum dan di tempat keramaian. Sangat Ironis saat barang yang beredar luas dan sangat mudah didapat dengan harga yang lumayan murah itu, justru menjadi ancaman bagi remaja bahkan anak-anak yang masih di bawah umur.
Pemakaian lem secara terus menerus akan mengakibatkan ketergantungan fisik maupun psikologis anak. Selain itu, risiko yang pasti terjadi adalah kerusakan pada sistem saraf dan organ-organ penting lainnya, seperti jantung, paru-paru, dan hati. Kebiasaan “ngelem” bukan hanya menimbulkan bahaya kesehatan diri anak tetapi juga masa depan anak. Mereka akan tumbuh menjadi bagian dalam masyarakat yang memiliki sumber daya manusia yang rendah, sehingga menimbulkan kemiskinan diberbagai bidang, termasuk kemiskinan moral yang mengakibatkan tingginya tingkat kriminalitas dalam kehidupan sosial masyarakat.
Adapun faktor-faktor yang mendorong seorang anak melakukan aktivitas “Ngelem” yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yaitu keluarga dan teman. kurangnya perhatian dari keluarga akan anaknya, kedua orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya, adanya konflik atau perselisihan antar orangtuanya membuat anak ingin mencoba untuk melakukan hal tersebut untuk menghilangkan stressnya. Pengaruh, ajakan ataupun paksaan teman juga ikut menentukan keputusan anak untuk melakukan aktivitas “Ngelem” karena dinilainya jika ia “Ngelem” maka akan terlihat keren atau gaul dimata teman-teman sebayanya. Faktor internalnya yaitu pengetahuan yang dimiliki anak tentang “Ngelem”, menurutnya jika “Ngelem” maka efek yang akan ditimbulkan seperti berhalusinasi, melayang-layang dan memperoleh kenikmatan.
Untuk upaya pencegahan perilaku “ngelem” hendaknya dilakukan mulai dari usia dini anak mengenai dampak dari perilaku “ngelem” melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), institusi ataupun sekolah-sekolah agar terbentuk suatu nilai-nilai moral yang baik. Orang tua dan keluarga juga hendaknya melakukan tugasnya secara benar baik dalam hak asuh atau perhatian hingga dalam hal pemberian kasih sayang dan penanaman karakter moral yang baik kepada anak. Karena peran orangtua sangat penting dalam pembentukan karakter seorang anak, sehingga anak lebih mengetahui yang mana baik dan mana yang buruk. Orangtua juga diharapkan untuk mengarahkan anak-anaknya dalam memilih teman bergaul yang tepat agar tidak terjerumus dalam perilaku “ngelem”.
Sumber : http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5566/JURNI.pdf?sequence=1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H