Mahasiswa UNNES GIAT 9 DESA CANDISARI telah melakukan blusukan ke Candi Batur yang berada di Dusun Ngobaran, Desa Candisari, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang. Konon, candi ini merupakan salah satu peninggalan Hindu di abad ke 9. Â Mahasiswa bersama Bapak Nyono sebagai Kepala Dusun di Dusun Ngobaran, telah melaksanakan blusukan pada 15/7/2024. Candi ini dikenal dengan sebutan "Batur" yang memiliki arti sisa candi yang tidak terselesaikan pembangunannya pada masa itu.Â
Hal yang menarik dari candi ini ialah memiliki ornamen bangunan yang bernama batu gana berarti "Ganesha". "Dalam agama hindu ganesha merupakan sang dewa penolong, pelindung dan penolakan bala. Maka dari hal tersebut dibangunlah Candi Batur yang mana bertujuan untuk penolak bala di Dusun Ngobaran seperti dilakukannya tradisi wayangan dan mertidusun setiap bulan shafar" -ujar Kepala Dusun Ngobaran.
Mahasiswa Giat 9 UNNES  tidak hanya mengulik sejarah melalui Kepala Dusun Ngobaran, namun juga melakukan riset terhadap tokoh masyarakat lain yang ada di Desa Candisari. Salah satunya  yaitu Bapak Nur Affandi selaku Kepala Desa Candisari. Beliau mengatakan bahwa alasan mengapa candi ini tidak dapat terselesaikan dikarenakan ada seorang laki - laki yang tidak payu rabi diganggu oleh masyarakat Dusun Ngobaran sebagai kutukan karena tidak pernah menikah sampai memasuki usia tuanya. Selama blusukan, mahasiswa mengumpulkan beberapa informasi dan dokumentasi terkait sejarah Candi Batur.Â
Setelah ditelusuri lebih lanjut, candi ini memiliki bentuk ornamen yang beragam di setiap detail nya. Mulai dari ornamen bentuk gajah yang melambangkan dewa ganesha, merpati, dan patung kerdil sebagai pengikut ganesha. Meskipun demikian sangat disayangkan sekali batu - batu tersebut kini kian terbengkalai dan tidak ada yang mengurus sampai terbentuk candi yang tertata. Candi batur ini memiliki mitos yang masih dipercaya oleh masyarakat sekitar sampai saat ini.Â
Saat melakukan kunjungan di candi tersebut harus memperhatikan tata krama dan sopan santun, dan dilarang untuk mengambil batu, buah dan komponen lainnya yang ada di sekitar candi. Konon cerita yang didapat dari tokoh masyarakat, terdapat seseorang yang melihat merpati di daerah candi tersebut, kemudian mencoba menangkapnya dan beberapa saat kemudian merpati tersebut berubah menjadi ular.
Perlu diketahui, akses menuju candi ini memiliki kondisi jalan yang sempit dan menanjak, sehingga disarankan bagi para pengunjung yang ingin kesana lebih baik untuk menitipkan kendaraannya di rumah warga saja. Waktu yang ditempuh sekitar 10 menit dari rumah warga, karena perjalanan menuju candi tidak jauh dari pemukiman setempat. Hal ini menjadi petualangan fisik yang menarik dan seru.
Mahasiwa Giat 9 UNNES berharap adanya blusukan ini dapat memberikan manfaat positif untuk pengembangan di kawasan Candi Batur, terutama mengenai warisan budaya yang perlu diketahui oleh masyarakat. Sangat disayangkan jika masyarakat tidak mengetahui keberadaan candi ini sebagai salah satu warisan budaya lokal, sebagai peninggalan peradaban pada masa Hindu.Â
Peninggalan yang bersejarah hal ini cocok untuk dilakukan riset secara lanjut karena memiliki historis peradaban masa lalu yang menarik. Selain itu, candi ini juga memiliki pemandangan yang indah karena tempatnya berada di dataran tinggi Dusun Ngobaran.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H