Mohon tunggu...
Unnes Giat 5 Gandusari
Unnes Giat 5 Gandusari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mantab! Mahasiswa KKN Unnes Giat 5 Bersama Ibu-Ibu Dusun Campursari A Membuat Batik Shibori

11 Agustus 2023   12:13 Diperbarui: 11 Agustus 2023   12:16 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi kreatif memberikan sumbangan besar terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Perwujudan pertumbuhan ekonomi kreatif dilakukan berbagai upaya salah satunya pemberdayaan. Istilah permberdayaan sering didengar  mengingat cukup banyak program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pemerintah maupun swasta melalui berbagai media. Berbagai program pemberdayaan berupaya untuk mengentaskan masalah kemiskinan dan mencipatakan kesejahteraan bagi masyarakat (Habib, 2021).  Kali ini salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat di Dusun Campursari A dengan menekankan pada ekonomi kreatif dimana dilakukan dengan menggali potensi kreasi dan inovasi dalam mayoritas masyarakatnya.

Dusun Campursari A, Desa Gandusari, kec. Bandongan, Kab. Magelang sangat terkenal dengan Batik Sleker-nya. Batik sleker sendiri merupakan batik yang dikembangkan oleh kepala dusun dari suatu pelatihan yang kemudian masyarakatnya diberdayakan untuk mampu melakukan serangkaian membatik. Dengan kata lain, Ibu Sri Kartini, Kepala Dusun Campursari A ingin meciptakan lapangan kerja bagi masyarakatnya. Batik tersebut memiliki karakteristik pada motifnya serta prosesnya. Motif dari relief candi, motif flora dari potensi desa hingga beras nutrizic dimana beras unggulan yang diproduksi oleh petani desa Gandusari. Serangkaian proses membatik dari mendesain, mencanting hingga pada pewarnaannya dengan teknik mencolet untuk menghasilkan karya batik yang hanya dimiliki Batik Sleker. Dari inilah bagian kelompok masyarakat Gandusari telah memiliki kekuatan atas kemampuan memenuhi kebutuhan dasar melalui membatik. Oleh karena itu, pemberdaya membatik shibori melalui media taplak meja menjadi peningkatan ketrampilan variasi membatik masyarakat setempat.

Pada Senin, 17 Juli 2023 telah dilaksanakan kegiatan demo membatik shibori bersama ibu-ibu Dusun Campursari A. Shibori adalah teknik membuat motif kain serupa batik yang dilakukan di Jepang (Maziyah, Indrahti and Alamsyah, 2019). Dalam pembuatanya menggunakan keterampilan tangan atau secara manual dengan beberapa atau gabungan teknik pembuatan pola dan permainan gradasi warna sehingga mempunyai nilai seni tinggi. Shibori mengalami tren dan hal tersebut menjadi peluang yang cukup menjanjikan dengan  melakukan pengembangan pada shibori (Irvan et al., 2020)

Pemberdayaan melalui demo batik Shibori pada taplak meja. dok pribadi
Pemberdayaan melalui demo batik Shibori pada taplak meja. dok pribadi

Trend fashion shibori disajikan dalam berbagai bentuk produk fashion yang digunakan untuk keseharian seperti kemeja, celana, maupun dress baik busana santai maupun kerja. Sebagaimana yang diungkapkan  Irvan et al., 2020 bahwa pengimplementasian shibori menunjukkan ketertarikan mempelajari batik shibori sehingga para pengrajin batik shibori mampu mengemas karyanya menjadi berbagai mode yang bernilai estetis. Dalam pemberdaya ketrampilan ibu-ibu, disiapkan kain dengan ukuran 40 cm x 115 cm setara dengan taplak meja panjang. Kegiatan pendemoan membatik shibori berjalan cukup hanya satu hari sehingga sebisa mungkin pewarnaan tekstil shibori menjadi sebuah  produk terapan yaitu taplak meja.

Pendemoan batik shibori bertempat di rumah Kepala Dusun Campursari A, Bu Sri  Kartini, yang sekaligus mempelopori Batik Sleker. Pemberdayaan batik shibori disambut dan diterima baik oleh ibu-ibu setempat. Ibu-ibu antusias mendengarkan pemaparan materi shibori dari Kak Aziza, salah satu mahasiswa GIAT 5 Gandusari. Teori tanpa praktik pasti tidak afdol rasanya, mengingat hasilnya tidak akan sedahsyat kalau diterapkan dengan benar.  Ada  tiga kelompok yang masing-maisng terdiri dari 5 ibu-ibu dengan didampingi teman-teman GIAT 5 Gandusari, dua orang.

Ibu-ibu dibebaskan untuk bereksplorasi teknik dan warna pada kain taplak mejanya sendiri. Penggabungan lebih dari dua teknik shibori dalam produk bertujuan untuk memperoleh komposisi variatif dan optimal. Pemanfaatan pewarnaan sintetis remasol karena meghasilkan warna yang menarik dan mencolok yang mengalihkan perhatian. Tak lupa, oleskan waterglass dengan bantuan kuas sebagai pengunci pewarnaan. Melalui pemberdayaan batik shibori diharapkan masyarakat akan mampu mengjangkau sumber-sumber produktif yang dapat meningkatkan pendapatan dan memperoleh barang/jasa yang dibutuhkan dengan kualitas yang bagus. Bukan berarti pemberdayaan selesai dan cukup hanya di tempat, tetapi juga dalam hal ini masyarakat bisa berpartisipasi dalam proses pembangunan dan kesejahteraan keluarga hingga lingkup desa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun