Mohon tunggu...
UNNES GIAT 5 DESA BANGUN GALIH
UNNES GIAT 5 DESA BANGUN GALIH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Akun ini merupakan akun dari mahasiswa UNNES GIAT 5 yang berdomisili di Desa Bangungalih Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa UNNES GIAT 5 bersama Warga Desa Bangun Galih Tegal Membuat Olahan Sehat dari Daun Kelor

3 Agustus 2023   16:35 Diperbarui: 3 Agustus 2023   16:38 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Adrian (2020)

Permasalahan kesehatan di Indonesia saat ini paling utama berkaitan dengan gizi atau sering kita dengar Stunting.  Berdasarkan pada data WHO pada tahun 2019, Indonesia masuk ke dalam jajaran negara Asia Tenggara dan Asia dengan angka stunting tertinggi. Indonesia berada pada posisi ke-6 dengan persentase 36,4% setelah Bhutan, Timor Leste, Maldives, Bangladesh, dan India. Sementara pada tahun sebelumnya, data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa angka stunting di Indonesia sebesar 30,8%. Data-data di atas menandakan bahwa dalam setahun angka stunting di Indonesia terdapat selisih atau naik sebesar 5,6%. Kenaikan angka kasus yang cukup signifikan dalam kurun waktu setahun tentunya menjadi urgensi tersendiri bagi pemerintah untuk mengutamakan penuntasan stunting dibandingkan dengan kasus Kesehatan gizi lainnya. Stunting memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk.

Pemerintah saat ini memfokuskan masalah stunting karena berkaitan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) dan visi Indonesia Maju 2045. Permasalahan stunting erat kaitannya dengan kelaparan, yang mana menjadi satu hal yang harus dituntaskan dalam aspek SDGs. Tentunya dengan tercapainya SDGs di Indonesia, maka visi Indonesia Maju 2045 akan mudah tercapai. 

Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mencegah Stunting, yaitu dengan dilakukan penyuluhan, sosialisasi, kelas ibu hamil, dan pemberian makanan tambahan (PMT) bagi ibu dan anak yang terindikasi dan rawan stunting. Pemerintah dan dinas terkait jupa berupaya dalam Pencegahan stunting melalui 11 intervensi khusus yang difokuskan pada seribu hari pertama kehidupan, mulai dari skrining anemia, pemeriksaan kehamilan, pemberian ASI eksklusif, imunisasi, hingga pencegahan dan pengobatan diare. Sedangkan pada intervensi sensitive dilakukan dengan kegiatan lima gerakan preventif preventif yaitu Aksi Bergizi, ibu hamil sehat, posyandu aktif, jambore kader, dan pencegahan stunting yang cukup penting. 

Sosialisasi yang sangat mudah disampaikan kepada masyarakat adalah olahan makanan bergizi tinggi, mudah didapat dan murah. Salah satu jenis sayur yang memiliki segudang manfaat yang jarang diolah oleh keluarga Indonesia adalah Kelor.  kelor merupakan salah satu jenis sayuran yang sangat jarang diolah untuk makan sehari-hari. Kelor kaya akan nutrisi, terutama protein, vitamin A, vitamin C dan kalsium. Kelor merupakan pilihan pangan bergizi tinggi. Dalam 2 gram daun kelor, terkandung 14 kalori dan beragam nutrisi berikut ini: 

Selain kandungan diatas kelor juga memiliki kandungan vitamin B6 dan B2 (riboflavin). Cara mengkonsumsi daun kelor untuk memperoleh nutrisi yang baik dapat dimasak secara langsung ataupun dikeringkan terlebih dahulu. Pada 100 g daun kelor segar mampu mencukupi 157% vitamin C dari kebutuhan gizi dalam sehari. Sedangkan daun kelor kering mengandung senyawa berikut. 

  • Protein dua kali lebih tinggi dari yoghurt. 
  • Vitamin A tujuh kali lebih tinggi dari wortel. 
  • Kalium tiga kali lebih tinggi dari pisang. 
  • Kalsium empat kali lebih tinggi dari susu. 
  • Vitamin C tujuh kali lebih tinggi dari jeruk. 

Dengan kandungan nutrisi yang lengkap seperti di atas maka daun kelor menjadi pilihan yang sangat tepat untuk menjadi salah satu pangan sehat.

Kelor dan urgensinya dapat dimanfaatkan menjadi bahan olahan yang beragam seperti sayur bening, tumis, sup, kue atau tambahan dalam makanan untuk anak-anak yang mengalami masalah stunting. Daun kelor dengan segudang kandungan yang baik bagi tubuh dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan status gizi anak.

Mahasiswa UNNES GIAT 5 bersama dengan warga desa BangunGalih yang berada di Kecamatan Kramat Kota Tegal membuat salah satu olahan yang berpeluang untuk digemari oleh seluruh kalangan baik dari anak-anak sampai lansia yaitu dengan diolah menjadi puding. Pembuatan puding kelor dilakukan di salah satu rumah warga dalam kegiatan rutin PKK di RW 001 dan RW 002 Desa BangunGalih. Puding kelor yang telah dibuat ditargetkan bukan hanya untuk anak-anak, namun juga untuk semua kalangan masyarakat untuk menghindari penyakit komplikasi. Puding kelor dibagikan pada saat ada kegiatan rutin posyandu dan posbindu, sekaligus mahasiswa membantu ibu-ibu dan kader PKK bersama Puskesmas setempat untuk melakukan tes kesehatan masyarakat. Kegiatan tersebut diselingi juga oleh pemberian informasi dan sosialisasi dari kami terkait kesehatan gizi dan olahan sehat kelor.

Foto bersama ibu-ibu PKK Desa BangunGalih
Foto bersama ibu-ibu PKK Desa BangunGalih

Pembuatan puding kelor membutuhkan bahan sangat mudah didapat dan harganya relatif terjangkau. Pudding kelor membutuhkan bahan agar-agar plan, 5 batang daun kelor, 3 helai daun pandan, 4 Sdm gula, 1 bungkus santan instan, 4 gelas air, susu kental manis (secukupnya) dan 1 butir telur. Untuk susu kental manis dan telur merupakan bahan tambahan jika kurang suka tidak usah ditambahkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun