Mohon tunggu...
Universitas Ahmad Dahlan
Universitas Ahmad Dahlan Mohon Tunggu... Lainnya - Perguruan Tinggi Muhammadiyah

Perguruan Tinggi Muhammadiyah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

KKN MAs 30 Eksplorasi UMKM Unggulan

9 September 2024   11:11 Diperbarui: 9 September 2024   12:23 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KKN MAs 30 Kunjungi UMKM Produsen Roti Jolodoro di Mojorejo, Sukoharjo, Jawa Tengah (Foto: KKN MAs 30)

Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Muhammadiyah 'Aisyiyah (MAs) 30 mengunjungi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Roti Jolodoro yang berlokasi di Dukuh Tempukrejo, Desa Mojorejo, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo, Jawa Tengah. Kegiatan ini termasuk dalam rangkaian program kerja KKN MAs dengan tema "UMKM Unggul, Stunting Menurun".

Kunjungan juga sebagai bentuk eksplorasi UMKM untuk mengulik usaha kecil menengah yang ada di Desa Mojorejo. Tim bertemu langsung dengan pemilik UMKM Roti Jolodoro yaitu Heri. Ia sekaligus merupakan ketua RT 01 Dukuh Tempukrejo.

Roti Jolodoro sudah aktif berproduksi selama kurang lebih 10 tahun. Heri bersama istri merintis usaha ini secara otodidak atau tanpa adanya pelatihan dari mana pun. Tuntutan ekonomi menjadi dorongan Heri untuk mulai merintis usaha kuliner roti demi menghidupi istri dan ketiga anaknya.

Saat ini, Heri memiliki delapan karyawan yang merupakan tetangganya sendiri yaitu warga Mojorejo, khususnya Dukuh Tempukrejo. Ia telah berhasil mendistribusikan roti miliknya ke berbagai kabupaten di Jawa Tengah yaitu Sukoharjo, Karanganyar, Solo, Boyolali, Klaten, dan Wonogiri.

Roti diproduksi setiap hari dimulai pukul 07.00 hingga 17.00 WIB. Sekali produksi, mampu menghasilkan sekira 7--10 ribu bungkus roti dengan berbagai varian yaitu pia kopyor, pia kacang hijau, dan kue kacang. Pada saat kunjungan, tim KKN juga mendapati istri Heri yang terjun langsung dalam proses pembuatan roti.

Selama 10 tahun, Heri selalu mempertahankan kualitas rotinya walaupun harga bahan selalu naik. "Saya menggunakan bahan berkualitas, air yang saya pakai juga menggunakan air kemasan yang sudah teruji steril. Saya nggak pakai pemanis buatan, ini pakainya gula asli."

Ia melanjutkan, "Saat ini juga bahan naik semua, tetapi saya tetap mempertahankan harga roti yaitu seribu sampai dua ribu rupiah tanpa menurunkan kualitas bahan-bahan roti. Kalau dilihat orang-orang malah berhenti memproduksi ya, tetapi alhamdulillah malah saya banyak orderan masuk."

Itulah alasan roti Jolodoro tetap bertahan dan bahkan angka produksi naik di tiap harinya. Heri memahami bahwa kualitas yang dihasilkan roti miliknya mampu membuat pelanggan tetap setia untuk terus dan selalu membeli. (doc)

uad.ac.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun