Mohon tunggu...
Universitas Ahmad Dahlan
Universitas Ahmad Dahlan Mohon Tunggu... Lainnya - Perguruan Tinggi Muhammadiyah

Perguruan Tinggi Muhammadiyah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dinamika Perkembangan Psikologis Anak Usia Dini

31 Agustus 2024   09:28 Diperbarui: 31 Agustus 2024   09:35 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di sinilah pentingnya orang tua dalam memberikan keteladanan serta menanamkan nilai moral kepada anak sejak dini, sebagai dasar dalam mengembangkan perilaku moral. Nilai moral merupakan patokan sehingga dapat membimbing seseorang, kelompok ataupun masyarakat kepada satisfaction, fulfillment, and meaning full (Richard dalam Koyan, 2003). Sebagai patokan untuk memprediksi beradab tidak seseorang (Hogan dan Bush dalam Kurtines dan Gerwitz, 1992).

Perilaku moral (moral behavior) secara signifikan dipengaruhi oleh cara berpikir dan pertimbangan moralnya (moral thinking) (Kohlberg (1994). Seseorang dengan kualitas moral, memiliki sensitivitas serta kepekaan dalam pemikir, merasakan, dan melakukan tindakan sesuai acuan serta hukum yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu, penanaman moral atau akhlak sejak dini oleh orang tuanya secara signifikan memengaruhi pertimbangan, sosialisasi, dan tanggung jawab anak dalam kehidupannya (Coles, 1997).

Penanaman nilai moral sejak dini dapat membentuk dan mengembangkan manusia secara utuh sehingga memiliki manfaat buat orang lain dengan penuh kesadaran (being mindfulness) menjadikan hidup lebih bermakna (meaningful) (Kabat-Zinn, 2003). Nilai dan perilaku moral bukanlah faktor genetika, melainkan perlu diajarkan dan dilatih dengan menggunakan berbagai macam cara, salah satunya dengan social cognitive learning.

Pendidikan, formal maupun informal, merupakan agent of change menjadi senjata utama untuk menanamkan nilai dalam membentuk perilaku moral. Peran guru, orang tua dalam menanamkan nilai moral kepada anak usia dini sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga menghasilkan perilaku moral sesuai yang diharapkan.

Usia dan tingkat perkembangan anak berkaitan dengan struktur kognitif dan berkaitan dengan kemampuan penalaran anak, sebagai dasar dalam mengembangkan moral, serta sosial (Piaget dalam Slavin, 2006). Ada dua tahapan perkembangan moral anak: tahap heteronomous dan tahap autonomous. Pada usia 3 tahun, cenderung bermain individual belum mampu bekerja sama dan mengembangkan permainan, anak cenderung menerima aturan tanpa proses pertimbangan terlebih dahulu. Pada usia 3--5 tahun, mulai dapat bermain dengan temannya secara berkelompok, meskipun sifat individu serta egois masih kelihatan nyata. Kemampuan berempati lemah, anak belum mampu menempatkan diri dalam pergaulan. Figur orang dewasa menjadi modelling meskipun masih sering melanggar aturan yang ditetapkan.

Pada usia 7--8 tahun, tumbuh perhatian dan menyamakan berbagai peraturan dalam permainan, meskipun terkadang peraturan yang diterapkan masih kabur dan belum jelas. Pada usia 11--12 tahun, kemampuan anak dalam menentukan dan membuat kesepakatan bersama tentang aturan permainan mulai berkembang. Anak mampu melihat, mempertimbangkan bahwa peraturan merupakan pedoman norma yang bisa dibuat dan diubah berdasarkan kesepakatan bersama. Anak sudah mampu memahami dan mengikuti peraturan yang berlaku, anak telah menyadari bahwa peraturan dibuat untuk menghindari perkelahian. Intensi dan konsekuensi merupakan gambaran perubahan perkembangan moral dari tahap heteronomous (realisme moral, usia <12 tahun) ke tahap autonomous (independensi moral, usia >12 tahun) (Piaget dalam Slavin, 2006).

 

Daftar Pustaka:

Borba, M. (2001). Building Moral Intelligence the Seven Essential Virtues That Teach Kids to Do the Right Thing. San Fransisco: Jossey-Bass A Wiley Company.

Coles, R. (2000). Menumbuhkan Kecerdasan Moral pada Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kabat-Zinn, J. (2003). "Mindfulness-based Interventions in Context: Past, Present, and Future". Clinical Psychology: Science and Practice, 10(2), 144--156.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun