Penelitian terkait mikroalga sudah banyak dilakukan di luar negeri, tetapi di Indonesia masih kurang diperhatikan, khususnya mikroalga Aurantiochytrium. Inilah salah satu hal yang mendasari dosen Program Studi (Prodi) Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Dr. --Ing. Suhendra, S.T., M.Sc., mengembangkan penelitian terkait potensi mikroalga Aurantiochytrium sebagai pakan ternak, biodiesel, hingga vaksin Covid-19.
"Tahun 2016 kurang lebih saya mulai berinteraksi dengan mikroalga ini di Jerman, yang memang digunakan untuk memproduksi omega-3. Ini merupakan polyunsaturated fatty acids atau asam lemak tak jenuh berantai panjang yang dipakai untuk memproduksi biokimia dalam tubuh sehingga dapat menjaga kesehatan jantung, otak, dan lain sebagainya," paparnya dalam kanal YouTube resmi UAD yang tayang pada, Senin (07-03-2022).
Mikroalga Aurantiochytrium merupakan mikroalga yang hanya terdapat di hutan bakau atau di perairan laut. Suhendra mengungkapkan bahwa di Jerman, pada awalnya mikroalga ini diambil atau diisolasi kemudian diproduksi secara massal untuk pakan ikan dan pakan ternak.Â
Pada tahun 2019, mikroalga mulai disempurnakan untuk produk nutrisi dan kosmetik yang banyak dijual di supermarket di Jerman. Hal tersebut menunjukkan bahwa mikroalga ini sangat aman dikonsumsi. Selain itu, dari mikroalga yang sama mampu menghasilkan squalene yang merupakan bahan baku utama adjuvant vaksin Covid-19 dari Pfizer.
"Di UAD kami menggunakannya untuk riset, alhamdulillah sejak 2019 lalu sudah melakukan isolasi (red: pengambilan) sampel mikroalga ini dari beberapa hutan bakau di Kulon Progo, Raja Ampat, Bangka Belitung, Mataram, Lombok, Manado, dari beberapa tempat di Indonesia. Uniknya lagi, termasuk dari tempat paling utara di Kalimantan dan tempat paling timur di Papua," ungkapnya.
Dosen Teknik Kimia tersebut mengungkapkan sudah ada beberapa perusahaan besar seperti PT Pertamina yang datang ke laboratorium UAD untuk melakukan penjajakan kerja sama.Â
Harapannya di masa depan mikroalga bisa digunakan untuk produksi bahan baku bioenergi maupun biokimia yang mendukung ketahanan industri nasional dan strategis di Indonesia.
Tidak berhenti sampai di situ, Suhendra beserta tim riset UAD berkolaborasi dengan lembaga nasional dan para pengusaha berupaya untuk menghasilkan produk-produk yang dinantikan oleh masyarakat seperti salah satu contohnya pakan ikan.
"Kita negara peternakan, sayangnya pakan ternak kita impor. Kita negara perikanan tetapi pakan ikan kita juga impor, terutama pakan ikan untuk sumber polyunsaturated fatty acid-nya. Oleh sebab itu, kami akan bekerja sama dengan beberapa lembaga riset nasional dan para pengusaha yang memang memerlukan pakan ternak maupun pakan ikan yang umumnya mereka beli dari impor. Kami desainkan untuk mereka, kultivasi di sini, dan panen di sini," tutupnya. (eka)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H