Cerita Inspiratif Farrah Nida Aurelia Saat Magang di Jepang
PURWOKERTO - Farrah Nida Aurelia, atau yang akrab disapa Aurel, tidak pernah menyangka bahwa suatu hari ia akan menjalani pengalaman yang begitu berkesan di Jepang.
Sebagai mahasiswa Universitas Harapan Bangsa (UHB), Aurel tergabung dalam Program Magang Jepang Batch 8A, yang menjadi lembaran pengalaman baru dalam hidupnya.
Mengawali perjalanan ke Jepang, Aurel transit di Taiwan terlebih dahulu. Dari sini, ia mulai merasakan tantangan pertama menuju Jepang: dinginnya cuaca.
Tanpa persiapan membawa jaket atau perlengkapan musim dingin, Aurel harus melawan hawa dingin yang semakin menusuk saat tiba di Jepang.
"Awalnya saya membayangkan indahnya hujan salju, tetapi setelah merasakan dinginnya, saya malah jadi tidak ingin melihat salju lagi," cerita Aurel sambil tertawa kecil.
Sepuluh hari pertama di Jepang, ia menginap di rumah bos rumah sakit tempatnya magang. Bos tersebut mengurus semua kebutuhan makan dan transportasi Aurel.
Namun, saat harus tinggal di apartemen (apato) dan berangkat kerja sendiri, perjuangan sesungguhnya dimulai.
"Berangkat kerja jam 7.40 pagi itu sudah dingin sekali. Kalau lembur, berangkatnya jam 6.40, tambah dingin. Akhirnya, gaji pertama saya gunakan untuk membeli jaket dan sarung tangan," kenang perempuan kelahiran Banyumas, 3 Juni 2003.
Selain perjuangan melawan dingin, Aurel juga mengalami kejadian unik bersama teman satu apartemennya. Suatu hari, sepatu mereka jatuh dari balkon lantai tiga ke halaman tetangga di lantai dua.
Ketika mencoba mengambilnya, kami justru dimarahi oleh pemilik apartemen tersebut. Bahkan Aurel menyebut sampai tiga kali bolak-balik demi mengambil sepatunya.
"Kami sampai didatangi polisi karena orang itu melaporkan kami. Tapi laporannya lucu kami dilaporkan karena bermain bola di balkon. Setelah polisi mengecek identitas dan mendengar penjelasan kami, mereka mengerti dan hanya memberikan peringatan. Tapi, sepatunya tetap tidak kembali sampai sekarang," ujar Aurel.
Ada cerita menarik lain soal nama Aurel. Di rumah, ia dipanggil Farrah, sedangkan di kampus ia biasa disapa Aurel. Namun, di Jepang, ia dipanggil Nida.
"Orang Jepang susah mengucapkan nama Farrah atau Aurel, jadi kepala bagian saya memilih memanggil saya Nida. Rasanya lucu, tapi saya jadi terbiasa," katanya.
Meski harus berhemat selama dua bulan, Aurel tetap menyempatkan diri menikmati keindahan Jepang. Salah satu pengalaman menariknya adalah saat mengunjungi Tedako, "Malioboro" versi Jepang.
"Saya pertama kali naik monorel di sana. Rasanya mirip KRL di Jakarta," ujarnya.
Selain itu, ia juga menghadiri Festival Budaya Indonesia di Naha. Meski sempat malu karena bertemu banyak orang Indonesia, Aurel akhirnya menikmati acara tersebut setelah berkenalan dengan seseorang dari Lombok.
Namun, Aurel menceritakan perjalanan pulang dari Naha ke Apato yang justru penuh drama.
"Kami salah turun stasiun. Harusnya di nomor 19, tapi malah turun di nomor 18. Untungnya, akhirnya bisa kembali dengan selamat," ceritanya sambil tertawa.
Awalnya, Aurel tidak terlalu tertarik dengan program magang Jepang. Namun, dorongan orang tua dan cerita sukses teman-temannya yang mampu membiayai kuliah hingga pendidikan NERS dari hasil magang, membuatnya berubah pikiran.
"Waktu pengumuman, dua teman saya diberi tahu kalau mereka lolos, sedangkan saya tidak mendapat pemberitahuan. Saya pikir saya tidak lolos. Tapi ternyata, saya dimasukkan ke grup Program Magang Jepang Batch 8A secara mendadak. Dan endingnya sekarang saya di Jepang," ungkap anak pertama pasangan Heni Puspaningsih dan Darmanto.
Aurel memiliki banyak rencana saat menjalani magang hingga setelah menyelesaikan program magangnya. Ia ingin menyelesaikan skripsinya secara online di Jepang, lalu melanjutkan pendidikan NERS agar bisa langsung bekerja sebagai perawat profesional.
Namun, sebelum itu, ia ingin liburan di Indonesia. "Kalau bisa, saya ingin ke Raja Ampat. Itu impian saya," harapnya.
Terpisah, Rektor Universitas Harapan Bangsa, Dr. Yuris Tri Naili, S.H., KN., M.H., menjelaskan program magang Jepang adalah salah satu program unggulan UHB.
"Program ini dirancang untuk memberikan pengalaman kerja internasional kepada mahasiswa, sekaligus membentuk karakter yang tangguh dan adaptif," ujar Dr. Yuris.
Kisah Aurel di Jepang adalah bukti bahwa kerja keras dan keberanian untuk keluar dari zona nyaman dapat membuka banyak peluang baru. Dari panggilan "Nida" hingga dinginnya musim dingin, setiap momen menjadi bagian tak terlupakan dari perjalanan hidupnya.
Kini, ia siap melangkah lebih jauh, membawa pengalaman berharga dari Negeri Sakura sebagai bekal untuk masa depannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H