Mohon tunggu...
Universitas Harapan Bangsa
Universitas Harapan Bangsa Mohon Tunggu... Lainnya - Kampus 1: Jl. Raden Patah No. 100, Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas ; Kampus 2: Jl. Wahid Hasyim No. 274 A, Karangklesem Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas

Universitas Harapan Bangsa berkomitmen untuk terus tumbuh dan berkembang menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berkualitas di bidang Ilmu Kesehatan, Ilmu Sosial, dan Ilmu Sains dan Teknologi serta mencetak lulusan yang handal untuk menjawab semua tantangan dan kebutuhan di dalam negeri maupun di dunia internasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merantau dari Karawang Sampai Terbang ke Jepang

23 September 2024   15:01 Diperbarui: 23 September 2024   15:05 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

- Cerita dan Pengalaman Salma Puspita di Negeri Sakura

PURWOKERTO -- Di tengah gemerlap dunia global yang penuh peluang, kisah Salma Puspita menjadi contoh nyata dari tekad dan semangat mengejar mimpi. Mahasiswi Universitas Harapan Bangsa (UHB) kelahiran Karawang, 8 November 2001 ini, saat ini masih menjalani pengalaman berharga di Negeri Sakura melalui Program Magang Jepang UHB.

Salma, yang kini duduk di semester 6 program S1 Keperawatan UHB, merupakan bagian dari Batch 6 Program Magang Jepang yang dimulai pada 13 November 2023 lalu di Okinawa. Kisah Salma dimulai dari pendidikan awalnya di Pondok Pesantren Muhajirin di Purwakarta. Di sana, ia tidak hanya memperdalam ilmu agama tetapi juga belajar tiga bahasa asing: Jepang, Inggris, dan Arab. "Saya memilih fokus di bahasa Jepang karena saya merasa lebih tertarik dan ingin mencoba sesuatu yang baru," ungkap Salma.

Ketertarikan ini mendorongnya untuk mencari universitas yang menawarkan kesempatan magang di Jepang, dan pilihannya jatuh pada Universitas Harapan Bangsa di Purwokerto, yang menawarkan program magang Jepang sebagai salah satu keunggulannya. "Saya sudah terbiasa merantau untuk pendidikan, jadi pergi ke Purwokerto dan kemudian ke Jepang tidak terlalu sulit bagi saya," kata putri dari pasangan Samsuri dan Nurlela Anggraeni.

Dukungan dari orang tua pun memberinya keberanian untuk melanjutkan petualangan ke Jepang, meski jauh dari rumah.
Selama program magang, Salma tidak hanya belajar bahasa Jepang lebih mendalam, tetapi juga mendapatkan wawasan baru tentang budaya Jepang. Walaupun memiliki dasar bahasa Jepang dari pesantren, Salma menghadapi tantangan saat menerapkan bahasa dalam situasi nyata. "Pada awalnya, saya sering menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi. Namun, seiring waktu, saya mulai lebih percaya diri untuk berbicara dalam bahasa Jepang tanpa bantuan isyarat," jelasnya.

Pengalaman di Jepang membawa banyak pelajaran berharga bagi Salma. Ia sangat terkesan dengan budaya menyapa yang sangat dijunjung tinggi di Jepang, di mana sapaan tidak memandang gender atau usia. "Sapaan adalah hal yang sangat penting di Jepang. Ini mengajarkan saya untuk lebih menghargai interaksi sosial," ujarnya yang mengaku introvert.

Salma juga mengagumi budaya "Tatamae," yang menekankan perilaku baik dan sopan dalam berinteraksi. Disiplin waktu yang ketat di Jepang juga meninggalkan kesan mendalam pada dirinya. Namun, tidak semua momen berjalan mulus. Salah satu tantangan yang dihadapi Salma adalah menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan di lingkungan yang berbeda.

"Awalnya, saya merasa tidak nyaman membahas puasa dengan staf tempat magang. Namun, mereka sangat menghargai ibadah saya dan bahkan memberi saya waktu istirahat khusus," ceritanya. Pengalaman ini membuat Salma semakin menghargai nilai-nilai saling menghormati dalam budaya Jepang.

Selama waktu luangnya, Salma tidak hanya fokus pada pekerjaan. Ia memanfaatkan kesempatan libur untuk menjelajahi keindahan Okinawa. Salma menikmati kunjungan ke tempat-tempat seperti Kusaidori dan Curaumi, serta berpartisipasi dalam festival kembang api Hanabi Taikai dan menyaksikan tarian tradisional Eisha Oodori. "Saya juga sangat senang mencoba kuliner khas Okinawa, seperti Chinsuko, yang merupakan camilan tradisional yang lezat," tuturnya dengan senyum.

Dengan masa magang yang hampir berakhir, Salma memiliki rencana untuk kembali ke Indonesia dan fokus pada penyelesaian studinya. Namun, cita-citanya untuk kembali ke Jepang tidak padam. "Saya ingin kembali lagi ke Jepang di masa depan dan juga mengikuti tes JLPT untuk mendapatkan sertifikat kemampuan bahasa Jepang. Ini adalah langkah penting bagi saya untuk meraih impian selanjutnya," ujar Salma dengan penuh semangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun