apakah penanda waktu yang sebenarnya? detak jarum jam, degup jantung, angka-angka di kalender, siklus alam, gerak galaksi, atau…hanya nisbi dan beku dalam ruang? orang-orang memaknainya berbeda. semua merayakannya berlainan.
1 Januari bagi orang lain mungkin tanggal sakti yang selalu dinantikan. membuka lembar pertama setiap tahun, spirit baru di angka kalender yang berwarna merah. merapalkan doa dan harapan-harapan baru. bagiku, 1 Januari adalah waktuku menerobos masa ke belakang, sejauh mungkin, menguak kisah-kisah dari sosok yang paling penting tapi paling tak kukenali. lelaki yang pergi – pulang, sebenarnya – meninggalkan ingatan tipis dalam benak. lelaki gagah yang “hanya” mewarisikan namanya di akhir namaku. lelaki hebat, yang telah memungkinkanku untuk lahir dan berarti – begitu testimoni tertulis di batu nisannya. sosok yang tak sekalipun pernah kuingat kupanggil “ayah“, tentunya pernah, tanpa bisa kupastikan bilamana. betapa sedikit yang mampu kukenang. semuanya samar, abu-abu. perlahan menjadi lupa.
tapi aku perlu mengembalikan ingatan tentangnya - yang mengendap di dalam, memungut dari luar. pada akhirnya, ruang-ruang yang kosong menagih untuk diisi. dilengkapi. dengan isyarat yang sederhana, pada masa yang hanya alam mampu wartakan. ada yang tanya, bagian mana yang tak samar? mulailah dari situ, dari yang terang. semua kan terkuak satu persatu. disusuri hingga ke penghujungnya, dan semua menjadi jelas. lalu merasa lega, rongga-rongga yang penuh tanya kini berisi. ketika detik jam berhenti, degup jantung yang menandai waktunya tiba. aku hanya perlu mengabadikannya segera, sebelum kepingan-kepingan itu berubah, atau berganti dengan yang lain. dalam jeda yang tak pasti, sebelum waktu melaju. sebelum beku memerangkap butiran air. lagi.
1 Januari. sebenarnya bukan hari kepergiannya, tapi tanggal kelahirannya. mestinya, kuucapkan “happy birthday, Ayah!”. tapi yang melekat dalam ingatan adalah kisah-kisah kepergiannya, hari-hari biru ibu, dan putri-putri yang mencari ayah-ayah pengganti dari putra-putra ayahnya. namun amanah tak pernah tuntas diemban, atau mungkin ruang yang kosong tak bisa diisi oleh yang lain? 1 Januari adalah satu-satunya tanggal yang kutau pasti dari sejarahnya. aku lupa tahun, lupa hari, lupa jam, lupa musim, lupa banyak. kecuali bunyi tembakan salvo yang mengiringi, lebih kuingat daripada suaranya. lebih dari segala bunyi yang ada. jika rentang waktu menjauh, suara pun kian melesap.
andai bisa dikekalkan dalam waktu…
(in memoriam: ayahku – Sagena Hasan)
Al-Fatihah
1/1/2013 - 12:07 am
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H