Suatu malam kita bertemu. Kau yang hadir dalam mimpiku membelah malam menjadikan pagi. Waktu itu kau adalah Xena sang pendekar dan akulah Gabriel sang penolong yang lembut sedang berlari menghindari kejaran penjahat. Gabriel yang ingin melindungi Xena seperti halnya Xena yang bertanggungjawab akan keselamatan Gabriel.
Pecahlah mentari pagi menyrngatkan sinarnya. Kau hadir menjadi seorang yang lembut yang sedang melayani anak-anaknya dengan sepiring nasi dengan senyuman. Senyum yang terkembang setelah nada keras meluncur karena sang anak yang tidak menurut kata-katamu.
Dalam angan seakan terjalin cerita ketika dahulu sebelum dilahirkan ada sepasang kekasih yang saling menyayangi namun akhirnya terpisahkan. Entah oleh ketidaksetiaan atau oleh sesuatu yang menghalangi mereka hingga kemudian dilahirkan kembali. Seakan pernah ada jalinan yang terlupakan atau sebuah kutukan hingga takkan mungkin bersatu dalam satu alunan nada. Hanyalah denyut nadi yang menyatu dikala suatu rasa hanyut dan tidak terelakkan.
Hai langit biru, jangan biarkan awan memberikan setitik air hujan yang kan menghapus pelangimu. Ijinkan kabut ini bernaung dalam imajinasi dan menyampaikan kerinduan akan sang pendekar dalam lembutnya kasih abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H