Mohon tunggu...
Halim Malik
Halim Malik Mohon Tunggu... Administrasi - Pendidik

HUMBLE

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Inilah Madu yang Sekaligus Racun

22 Maret 2011   17:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:33 1618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup tak lebih dari menunggu ajal menjemput. Indah…! Bertabur nikmat duniawi. Semua tersaji hanya se-inci di pelupuk mata. Semua tercukupi dalam imajinasi angan. Bisa dijangkau kapan saja, dan dimana saja dalam dunia nyata. Madunya bertabur racun.

Ada riang bercampur canda. Ada benci bermasker rindu. Dusta dan dosa bertirai puspa. Ratap dan raung tak lagi membuat hati jadi pilu. Resah-gelisah bukan lagi sembilu. Senyuman dan tangisan tak lagi punya arti. Semua tersapu angin, dan cepat berlalu. Gugur di tangkai madu.

Ikhtiar penghalau jalan kesesatan telah sirna. Nilai bukan lagi harga yang pasti. Neraca bukan lagi timbangan yang adil. Klimaks pada butir-butir permata. Redam dalam koalisi tahta. Gadis-gasis cantik mengapit manja. Selingkuh telah dianggap biasa. Terkesan semua boleh dan semua bisa. Tak ada etika dan moral pembatas. Halal dan haram jadi semu. Tak mengenal kata binasa.

Siang dan malam sama saja. Timur dan barat bukanlah jarak. Isteri tetangga ataupun isteri pejabat. Ibu kost, ibu tiri, ibu kandung, sampai nenek. Bibi/tante, pembantu, ponakan sampai anak. Paman/om, ayah tiri maupun ayah kandung sampai kakek, kalau mau, bisa didapat. Ada yang lebih parah. Roh kaum nabi luth telah reinkarnasi. Lebih gila dan lebih berani. Lebih dahsyat dari tsunami. (maaf: fakta terselubung )

Kitab-kitab pegangan hidup berjejer rapih terpatri. Terkunci bisu dalam lemari-lemari kayu meranti. Mengintip dalam sedih, sudah sekian lama tak dibuka lagi. Seakan telah terganti oleh lembaran-lembaran tak berguna dan tak berarti. Yang menawarkan pisau dan belati, yang kelak menyanyat hati.

Semua itu racun, bukan madu. Di kehidupan lain, semua akan terungkap. Semua diperlihatkan di depan mata. Mulai dari detik pertama persaksian sebagai hamba, dan perjanjian sebagai penyembah. Perjalanan hidup di dunia, dari niat yang terpendam, amal kebajikan dan amal kejahatan. Semua diputar kembali dengan sempurna. Semua amal akan beroleh ganjaran setimpal.

Sadarlah…!

Ini hanyalah dunia fana

Masih ada hidup setelah mati

Yang lebih indah, kekal dan abadi

.

Istigfarlah…!

Kesempatan masih ada

Pintu taubat masih terbuka

Jangan berakhir dengan duka

.

Sujudlah…!

Mohon petunjuk dariNya

Mohon pertolongan dariNya

Mohon pengampunan dariNya

Mohon ridho dan inayah hanya padaNya

Maha benar Allah dengan segala firmanNya

***

___________________________________________________

DESA RANGKAT  menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda,  datang, bergabung  dan berinteraksilah bersama kami

(Klik logo kami)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun