Mohon tunggu...
Halim Malik
Halim Malik Mohon Tunggu... Administrasi - Pendidik

HUMBLE

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Eco-Philosophy #9#

7 Februari 2012   15:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:56 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cabang "Green" yang disebut sebagai eko-filosofi adalah yang berusaha untuk menegakkan   dasar filosofis environmentalisme. Para penulis utama   di bidang ini adalah penulis Australian Robin Eckersley (1922) dan Warwick Fox (1990). Mereka telah mengidentifikasi sifat yang pada dasarnya   antroposentrik dari pandangan dunia ‘Barat’ yang berpengaruh, yang memandang manusia dari beberapa hal   khusus dan berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Dari persepsi ini telah berkembang pandangan bahwa spesies manusia dapat dan harus menguasai dunia dan menempatkan lebih rendah  kepentingan-kepentingan spesies lainnya dibandingkan dengan kepentingan manusia. Pendirian yang pada dasarnya bersifat eksploitatif juga diterapkan pada dunia tak hidup (non living). Oleh karena itu, tindakan manusia lebih dievaluasi berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia lainnya daripada terhadap spesies lainnya atau planet sebagai suatu keseluruhan, dan manusia tidak dipandang sebagai bagian dari jaringan interaksi kompleks yaitu ‘dunia alami’ (natural world). Pandangan dunia seperti ini ditanamkanoleh Judeao – tradisi agama Kristen (lihat Marshall 1992b).

Hubungan antara pandangan dunia seperti itu dengan perusakan lingkungan cukup jelas, dan Fox dan Eckersley menyatakan perlunya mengembangkan suatu pendekatan kerangka filosofis alternatif sebagai pembenaran tindakan. Masing-masing mengembangkan pendekatan yang digolongkan oleh eko-sentrisme (sebagai lawan kata dari antroposentrisme) di mana manusia tidak diperlakukan secara khusus ketika dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya, tetapi seluruh eko-sistem lah yang dianggap mempunyai nilai utama. Ini menyebabkan pemberian nilai-nilai intrinsik pada dunia alami, dan bukan hanya sekedar menilainya dari segi nilai instrumentalnya bagi spesies manusia. Disarankan, ini perlu, bila perubahan-perubahan yang diperlukan untuk menghasilkan ecological sustainability ingin dicapai. Misalnya, ini akan memberikan pembenaran filosofis pada pandangan-pandangan ekonomi alternatif seperti yang telah dibahas lebih dahulu.

Analisa seperti itu juga digunakan untuk membenarkan gerakan-gerakan hak-hak binatang dan vegetarianisme, hal-hal yang didukung  oleh banyak pihak (walau pun tidak semua) dalam gerakan Green, dengan berbagai tingkat komitmen yang berbeda-beda. Menurut sebagian, ini merupakan komponen-komponen penting sebagai Green; menurut sebagian merupakan pemikiran penting tetapi tidak sentral; sementara menurut yang lainnya sebagian besar tidak relevan. Apakah pandangan-pandangan seperti itu merupakan bagian penting dari Green position merupakan bidang penting untuk dibahas, walaupun agak keluar dari batas-batas buku ini, sehingga tidak akan diperdalam. Namun demikian persoalan ini, muncul kembali dalam pembahasan mengenai persoalan-persoalan etika.

Dalam bidang ekologi, juga perlu disebutkan di sini. Sebagai resiko dari penyederhanaan yang sangat berlebihan, ini dapat dijelaskan sebagai istilah yang digunakan pada sebuah pendekatan terhadap ekologi yang dicirikan dengan suatu penyatuan yang mendalam nilai-nilai sosial, ekonomi, pribadi dan spiritual di dalam suatu perspektif ekosentrik. Bidang inimenekankan pada pembangunan dan pertumbuhan pribadi maupun  analisa yang lebih luas, dan juga penyatuan pribadi dengan, dan karenanya, pengenalan dengan, dunia alamiah. Bila dijelaskan oleh eksponen terkemukanya, ahli ekologi Norwegia Arne Naess (1989; lihat juga Fox 1990) ini merupakan sebuah perspektif yang hebat, bijaksana dan menantang yang mempunyai banyak hal yang bisa ditawarkan dipandang dari sudut pemahaman kebaikan-kebaikan dari posisi yang benar-benar  terpadu dan holistik. Ini dapat dianggap sebagai  hasil logis dari analisa ekosentrik Fox dan Eckersley. Sayangnya, ini telah digunakan oleh berbagai penulis ‘pinggiran’  dan ‘abad baru’, yang menggunakan analisa tersebut secara jauh lebih dangkal untuk menggabungkan berbagai ‘keisengan’ (fads) ke dalam posisi Green. Ini jugalah yang memunculkan penjelasan yang mengatakan, ‘untuk mengubah dunia harus dimulai dari dirimu sendiri’, dengan sederhana  memandang pertumbuhan pribadi sebagai satu-satunya solusi untuk semua masalah dunia. Walaupun pertumbuhan memang penting, dan merupakan komponen mendasar pembangunan masyarakat (Bab 7 dalam buku Community Development), bahaya perspektif seperti itu adalah bahwa perspektif ini dengan mudah mengabaikan faktor-faktor struktural penting yang menyebabkan dan mengabadikan tatanan sosial, ekonomi dan politik yang berkuasa, dan menyebabkan penduduk untuk meyakini bahwa hanya dengan bermeditasi, mengenakan kristal, membaca kartu Tarot, atau melakukan terapi badan mereka dapat mengubah dunia. Tidaklahperlu menolak nilai kegiatan-kegiatan itu sendiri – banyak orang merasakan pentingnya dalam membantu memberikan makna dan tujuan kehidupan mereka – tetapi (yang) lebih (baik adalah) menekankan bahwa walaupun pertumbuhan pribadi mungkin diharapkan, dan memang diperlukan, itu saja tentu tidak cukup.

bersambung ke: Pemikiran Paradigma Baru

tulisan sebelumnya:

Eco-socialism

Eco-anarchism

Eco-feminism

Eco-Luddism

Anti-Grouth

Ekonomi Alternatif

Bekerja, Waktu Luang dan Etika Kerja

Pembangunan Global

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun