Mohon tunggu...
Halim Malik
Halim Malik Mohon Tunggu... Administrasi - Pendidik

HUMBLE

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

“Cooperative Learning”

31 Oktober 2011   17:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:14 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cooperative mengandung pengertian bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan,1996). Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya.

Johnson & Johnson (1987) mengatakan bahwa dalam kooperatif learning “student discuss the material with each other, help one another understand it, and encourage each other to work hard”. Belajar kooperative adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut senada dengan hal ini, dinyatakan:

Cooperative learning approaches involve assigning students to small group tasks (where the group members corporateto prosedure a single group product) or individual tasks (where the group members help one another to complete individual assignments). (Good & Brophy)

Pendekatan pembelajaran cooperative melibatkan penugasan siswa pada tugas–tugas kelompok kecil (anggota–anggota kelompok bersama–sama pada prosedur satu hasil kelompok) atau tugas–tugas individu (anggota–anggota kelompok membantu satu dengan yang lain untuk melengkapi tugas–tugas individu).

Cooperative learning rafers to a variety of teaching methods in which students work in small group to help one another learn academic content. In cooperative classrooms, student are expected to help each other, to discuss and argue with each other, to assess each other’s current knowledge and fill gaps in each other’s understanding. Slavin (1994)

Pembelajaran kooperatif menunjuk pada suatu ragam dari metode-metode pengajaran yang mana siswa bekerja dalam suatu kelompok kecil untuk membantu satu dengan yang lain mempelajari isi akademik pada ruang kelas kooperatif, siswa-siswa diharapkan untuk membantu siswa satu dengan yang lainnya, untuk berdiskusi dan beragumentasi dengan yang lain, untuk menerima aliran pengetahuan siswa satu dengan yang lain dan mengisi kesenjangan satu dengan yang lain.



Dari uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa: Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis untuk sampai kepada pengalaman individual dan kelompok, saling membantu, berdiskusi, beragumentasi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman bersama. Anggota kelompok saling membantu satu dengan yang lain untuk melengkapi tugas individual.

Pada STAD dinyatakan Salvin (1994) sebagai berikut:

Teams are composer of four or five students who represent a cross-section of the class in terms of academic performance, sex, and race or ethicity. The major function of the team is make sure that all team member are learning, and more specifically, to prepare its members to do well on the quizzes after the teacher presents the material, the team meets to study worksheets or other material. Most often, the study involves students discussing, and correcting any misconceptions if teammates make mistakes.

Tim disusun atas 4-5 siswa yang merupakan representasi kelas yang variatif dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau etnis. Fungsi utama tim ini adalah untuk meyakinkan bahwa anggota-anggota tim belajar dan secara khusus untuk mempersiapkan anggotanya untuk mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menjelaskan materi, tim bertemu untuk mempelajari lembar kerja atau materi yang lain. Siswa mendiskusikan masalah bersama, membandingkan jawaban dan memeriksa miskonsepsi jika tim membuat kesalahan. Penekanan di letakkan pada anggota tim melakukan yang terbaik untuk kelompoknya.

Pada Group investigation, menurut slavin (1994) dinyatakan bahwa:

Group memberikan take part ini planning the various dimensions and Requirements of the project. Together they determine what they want to investigate in order to “solve” the problem; which resources they require; who will do what; and how they will present their completed project to the class. Usually there is division of labour in the group that enhances positive interdependence among members.

Anggota kelompok berpartisipasi dalam merencanakanberaneka ragam dimensi dan keperluan-keperluan proyek mereka. Mereka bersama menekankan apa yang ingin mereka teliti untuk memecahkan persoalan. Sumber yang diperlukan, pembagian tugas dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek secara lengkap pada kelas.

(sekedar share)-------->semoga bermanfaat :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun