“Hooeekkk.” Muntahan busa memenuhi lantai kamar mandi. Tubuh lemas. Tenaga sirna. Batuk tak kunjung sembuh. Dalam sebulan, demam bisa berkunjung hingga empat kali. Bahkan, kehadirannya bisa mengalahkan jadwal upacara bendera di sekolah.
"Tak wajar," gumamnya. Sudah bolak balik ke dokter. Hasilnya nihil. Malahan tergantung pada obat-obatan kimia.
"Punya riwayat asma?" tanya dokter. Ia menggeleng.
"Obat ini melegakan saluran napas. Batukmu membaik kan?" tanya dokter lagi. Lathifah mengangguk.
“Biasanya obat ini untuk penderita asma.” Ucap dokter lagi.
Suatu ketika, bercak darah mewarnai lendir yang keluar saat batuk. Ia terperanjat. Kecemasan memburu. Dokter merujuk untuk menjalani pemeriksaan laboratorium.
Alhamdulillah, hasilnya negatif. Saat menjalani rontgen paru-paru, tabir penyakit terbuka terang benderang.
"Ada infeksi. Paru-parumu penuh cairan. Ini yang membut daya tahan tubuhmu menurun." ulas dokter.
Lathifah terkesiap. Ia membawa hasil rontgen ke dokter Ola. Dokter langganannya yang sering memberi energi positif. Bukan memberi vonis menghantui.
"Ah, ini kecil. Tak ada masalah serius. Insya Allah segera lagi sembuh," ujar Dokter Ola santai. Ini yang mebuat pasiennya selalu membanjir. Kata-katanya menjadi penyembuh ampuh.