Â
Lathifah melangkah penuh percaya diri, meski desis sumbang mengiringi setiap jejaknya.
"Duh, kerudungmu kolot. Baju emak-emak. Alamat susah dapat kerja," suara nyinyir itu menyapa lagi, menusuk bagai jarum halus.
Alih-alih tersinggung, Lathifah tertawa lepas.
"Tenang, say. Bapakku presiden. Tak dapat kerja pun, cuan tetap berdesakan di kantong." Jemarinya menepuk kantong roknya dengan jenaka, membuat si pengolok melongo.
Tak hanya teman, beberapa kerabat pun ikut memberi petuah yang tak diminta. "Pendekin dikit kerudungnya, poles sedikit bibirmu dengan lipstik. Biar lebih manis."
Lathifah mengangkat alis, senyumnya jahil.
"Aku ini calon guru, bukan artis yang jual tampang."
Si tante mendengus kesal.
"Sakarepmu! Selalu menolak kebenaran."
Namun, Lathifah tak ambil pusing. Ia justru geli melihat mereka yang sibuk mengkhawatirkan rezekinya. Padahal yang rajin mempercantik diri pun banyak yang hidupnya pas-pasan.