Mohon tunggu...
Herlin Variani
Herlin Variani Mohon Tunggu... Guru - Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Misi Mustahil Menjadi Nyata

15 Januari 2025   10:27 Diperbarui: 15 Januari 2025   10:45 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri. Herlin Variani

Apa yang muncul di benak Anda saat mendengar kata Konstantinopel? Ya, betul sekali! Nama Muhammad Al-Fatih langsung melintas. Sang penakluk dengan cara yang tak biasa. Istilah anak sekarang, "anti-mainstream." Saya menyebutnya bintang out of the box. Kenapa? Karena ide-idenya dalam menaklukkan Konstantinopel benar-benar di luar nalar.

Dalam perjuangannya, Muhammad Al-Fatih, yang juga dikenal sebagai Sultan Mehmed II, membuat langkah legendaris. Pada 1453, ia menaklukkan Konstantinopel dengan cara yang mencengangkan. Ia melayarkan kapal melewati daratan! Ya, kapal yang biasanya meluncur anggun di air diarak seperti kuda perang melewati bukit-bukit terjal. Kebayang betapa absurdnya ide ini di zaman itu?

Dalam gelapnya malam, pasukan Ottoman bekerja tanpa lelah. Dengan kayu, roda besar, dan tenaga manusia, mereka mengubah gravitasi jadi sekadar mitos. Bukit yang biasanya dianggap rintangan diubah jadi tangga menuju kemenangan. Al-Fatih membuktikan, imajinasi mampu mengubah yang mustahil jadi kenyataan.

Tak hanya memindahkan kapal, Al-Fatih juga membawa senjata rahasia, meriam Basilica. Dirancang oleh Urban, insinyur dari Hungaria, meriam ini mampu menembakkan bola batu raksasa yang menghancurkan tembok Konstantinopel. Tembok yang selama berabad-abad dianggap tak tertembus akhirnya runtuh di bawah strategi brilian Al-Fatih. Seperti pepatah bijak mengatakan, "If the plan doesn't work, change the plan, not the goal."

Pasukan Ottoman yang berjumlah lebih dari 100.000 orang, dipimpin Al-Fatih dengan taktik jitu. Keunggulan pasukan Muhammad Al-Fatih terdapat pada tekad, visi, dan strategi yang rapi. Pada 29 Mei 1453, kemenangan pun diraih, membawa cahaya baru bagi peradaban.

Muhammad Al-Fatih bukan hanya ahli strategi, tetapi juga pemimpin yang taat kepada Allah. Ia dikenal tak pernah meninggalkan salat malam (tahajud) dan selalu memohon pertolongan kepada Allah. Ketaatannya ini dibuktikan dalam setiap langkah perjuangan. Ibunya, Hafsa Hatun, sering mengajarkan bahwa kemenangan besar hanya datang dari doa dan usaha yang sungguh-sungguh.

Selain itu, Al-Fatih dikenal sebagai pembelajar sejati. Ia menguasai banyak bahasa, termasuk Arab, Persia, Yunani, dan Latin. Ia juga tekun belajar strategi militer, sejarah, dan ilmu agama dari guru-gurunya. Salah satu gurunya, Syekh Aaq Syamsuddin, sering memberikan nasihat yang menjadi pegangan hidup Al-Fatih. "Keberhasilan adalah milik mereka yang sabar dan tidak pernah lelah belajar," katanya.

Rasulullah SAW pernah bersabda:

"Konstantinopel akan jatuh ke tangan seorang pemimpin yang baik, dengan pasukan yang baik, dan rakyat yang baik." (HR Ahmad).

Hadis ini menjadi motivasi Al-Fatih untuk menaklukkan Konstantinopel. Ia percaya bahwa tugas besar ini adalah amanah dari Rasulullah, dan ia menjalankannya dengan penuh semangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun