Mohon tunggu...
Herlin Variani
Herlin Variani Mohon Tunggu... Guru - Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Komplit (1)

9 November 2020   21:28 Diperbarui: 10 November 2020   07:26 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena tekat itulah, saya memutuskan kuliah dikeguruan. Tepatnya jurusan pendidikan guru sekolah dasar. Karena saya menyukai anak-anak.

Bahkan saya tidak mengambil kesempatan kuliah di bidang kesehatan yang diidamkan oleh teman-teman kala itu. Walau saat itu saya lulus tes untuk bisa kuliah di bidang kesehatan di salah satu akademi kesehatan negeri. 

Hingga akhirnya, berkat izin Allah, setahun pasca wisuda saya lulus sebagai guru PNS . Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, perlahan saya mewujudkan mimpi saya untuk melindungi anak-anak dari segala macam bulian. Khususnya di area sekolah.

Teknik yang saya gunakan dalam mengajar  kadang memang rada unik. Saya lebih memprioritaskan memunculkan energi positif pada siswa-siswa saya. Ketimbang hanya mengejar target ketuntasan semata. 

Berikut ini beberapa hal unik yang acap kali saya lakukan dalam mendidik siswa saya:

Pertama, teknik penyelesaian pertengkaran antar siswa. Sangat lumrah kita menyaksikan siswa sekolah dasar bertengkar dan diakhiri dengan tangisan salah satu dari mereka. 

Menghadapi hal ini, saya sangat menghindari untuk marah atau pun menyidang mereka. Saya lebih senang memanggil mereka ke dalam ruangan yang hanya ada saya sebagai gurunya. Serta para siswa yang bertengkar.

Menurut pembaca apa yang saya lakukan? 

Jika mereka masih menangis, saya akan kasih tisu untuk menghapus air matanya dan minta mereka menghentikan tangisnya sejenak. Saya tak akan mengorek informasi, kenapa mereka berkelahi. 

Khawatir hal itu akan membuat emosinya kembali meledak. Saya kerap melakukan hal yang sedikit konyol. Misalnya, meminta mereka saling berpelukan penuh kehangatan sekejap saja. Tak boleh lama-lama.

Berpose dengan penuh keakraban sembari menebar senyuman. Tangis menjelma menjadi tawa
Berpose dengan penuh keakraban sembari menebar senyuman. Tangis menjelma menjadi tawa
Terkadang mereka saya minta berpose ala teman akrab dengan senyuman sumringah. Saya pun mulai mengambil gambar mereka ala fotografer profesional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun