"Kok gelasnya gonta ganti Dek?"
"Iya aku bosen sama yang itu, jadi ganti yang ini Bu."
"Eit, jangan ditinggal pergi, langsung dicuci ya!"
Aku hanya geleng-geleng kepala. Menyaksikan adegan dua bocah kecilku yang bolak balik mengganti peralatan makan tanpa mau mencuci.
Sering kuingatkan namun berujung, nanti....nanti. Dengan alasan nanggung, masih asik main. Berlalu pergi, membiarkan cucian menggunung menanti.
Alhasil, wastafel kerap rewel dan jengkel. Tersebab kapasitas wastafel tak cukup jika selalu diisi tanpa dicuci.
Tak hanya wastafel, ember wadah cucian baju kotor pun bernasib serupa jika tak dilakukan segera. Belum lagi kalau terdengar nyanyian, ah nanti saja kan baru sehari masih sedikit, sayang detergen kalau cucian tak seberapa. Hadeeeh.
Dan menjadi hal yang rumit jika sudah lewat beberapa hari namun masih bersenandung, nanti....
Jangankan anak-anak, kita orang dewasa saja jika khilaf pun sama. Tak peduli isi rak habis tak bersisa. Nah, kalau mau pakai, bingung tersebab rak sudah tak ada isinya. Lanjut bertanya, ke mana mereka?
Baju juga begitu. Jika masih terlihat beberapa helai di lemari, santai. Meski di ember sudah kian mengantre. Lagi-lagi bernyanyi, nanti....
Jika begini rumah pun tak kan menemui kata, "rapi". Nah, saatnya menumbuhkan budaya "segera mencuci". Tentu dimulai dari diri sendiri. Ya, kalau bukan kita, siapa lagi.