Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Mata dan Telinga Menangkap Tanda

31 Oktober 2020   22:19 Diperbarui: 31 Oktober 2020   22:25 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pixabay.com/anncapictures

Sepasang mata beranjak menelusuri belahan senja
Senyap menyelinap
Seruan telinga, membantah riuh yang sengaja menyergap
Jejak kelam tak segan menyapa malam

Perlahan, degup rasa kian mencekam
Mata dan telinga pun terdiam
Dalam kecamuk asa, tenggelam
Putaran cerita masih belum berpaling pada poros yang tak kunjung padam

Ketika cahaya meredup
Mata berkaca
Sang bayu bersaut
Hingga jelas terlihat rasa berpaut

Tak jarang, nyanyian alam berbisik pada helai dedaunan
Hingga waktu bergulir kian menghilang
Menelan masa, menyentuh titik usia
Tanpa sadar telinga beradu menangkap tanda

Sekejap, mata pandangi bulir jingga
Hentak segenap gurauan jelaga
Gemintang pun tak kunjung halangi netra
Mencoba bertahta demi tertata masa

Yang terlihat pun terdengar
Menjadi bagian sigap mengejar
Ketika mata dan telinga menangkap tanda
Katakan pada-Nya, kita masih menyimpan cinta

Niek~
Jogjakarta, 31 Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun