Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Realita Dunia Kutu dalam Kehidupan Manusia di Sekitar Kita

18 Desember 2019   12:23 Diperbarui: 18 Desember 2019   20:56 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sobat, apa yang aku tulis ini bukan bermaksud memaparkan hal yang kurang sopan, namun lebih pada realita kehidupan. Terkadang hal ini kerap diabaikan. Barangkali bisa menjadi sebuah lembar untuk kita renungkan.

Beberapa waktu lalu, aku bertemu seorang bocah. Dia super lincah. Seingatku, pada mulanya dia memiliki rambut yang cukup panjang. Bahkan cantik nian jika dikepang. Entah kenapa tiba-tiba sang ibu memotong pendek sehingga rambut panjangnya nyaris habis. Sungguh tragis.

Aku penasaran, apa gerangan yang dialami anak tersebut hingga harus rela menanggalkan rambut panjangnya yang istimewa. Kemudian aku sempatkan bertanya pada sang ibu saat kami bertemu, "Lho Mba putrinya kok dipotong rambutnya? Sayang sekali sudah panjang."

"Nggih Mba lha itu banyak kutu rambutnya je. Masih mending kutu buku bisa bikin pintar, lha kalo kutu rambut ya malah bikin buyar pikiran  Mba, hehe," ungkapnya padaku kemudian.

Sejenak aku terdiam. Mendengar penjelasan sang ibu membuat anganku tenggelam. Lalu hanyut pada beberapa kalimat yang diungkapkan. Tetiba aku berpikir heran. Sesaat kemudian aku pun membenarkan. Hmm iya juga. Kalau si kutu rambut dibiarkan berkeliaran lalu berkembang pasti dapat menimbulkan kerepotan yang cukup lumayan.

Namun mengapa harus mengorbankan rambut panjang yang elok nian? Ah sudahlah, lupakan. Pikirku kemudian. Toh si ibu pastinya sudah memikirkan sebelum melakukan tindakan. Tentu saja demikian.

Eit tunggu dulu!! Ada yang lebih menggoda pikiranku. Ini bukan soal si ibu tadi yang mencukur pendek rambut anaknya. Melainkan lebih pada kalimat yang diucapkan disela percakapan, "Lebih baik kutu buku bisa bikin pintar, daripada kutu rambut malah bikin buyar pikiran."

Lumayan sering aku mendengar kalimat bernada serupa. Meski tak sama cara. Pada intinya sama-sama mencela kutu rambut yang membuat pikiran menciut. Aku tergoda untuk menyelisik. Sepertinya menarik.

Apa salah dan dosa mereka sesungguhnya? Hingga harus dicela bahkan dimusnahkan dari muka dunia. Sehina itukah kutu rambut hingga ingin segera mengusirnya pergi? Dan sebaik itukah kutu buku sampai diperlakukan istimewa bak seorang ratu?

Baiklah aku akan coba menyelisik satu persatu. Bukan maksud sok tau. Sebatas memaparkan yang aku tau. Hanya itu. Aku sungguh penasaran. Begitu banyak orang memuja kutu buku, dan mencela kutu rambut. Heran. Semoga apa yang aku ungkapkan bisa diambil hikmah dan dipetik pelajaran.

Yuk mari ikuti aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun